Latest News

Memaknai Filsafat lebih realis dan mendalam



Refleksi 4 : Filsafat ilmu
Memaknai Filsafat lebih realis dan mendalam
Sumber : Refleksi Perkuliahan Filsafat Ilmu oleh Prof. Dr. Marsigit, M.A. Pada pertemuan ke-4 Pascasarjana Pendidakan Matematika Kelas A di hari selasa tanggal 29 September 2015 pukul 11.10 s.d. 12.50 di ruang 305B Gudung lama Pascasarjana UNY
               
Sungguh sangat mengejutkan pada perkuliahan filsafat kali ini, pada pertemuan ke-4 ini yang diawali dengan Quis. Quis yang merupakan pertama ini yang memuat pertanyaan-pertanyaan yang  sangat simple dan sederhana serta memuat sebanyak 50 soal  namun hasilnya sangat mengejutkan. Dari sekian banyaknya soal-soal yang diberikan hanya beberapa orang yang mendapat skor antara 1-10 dari skala 100 sungguh sangat miris. Inilah yang menandakan bahwa pemahaman kami tentang filsafat masih perlu diakji dan diperdalam kembali. Pertanyaan-pertanyan yang hampir setiap hari kita temui malah dari sisi filsafat jawaban dari pertanyaan itu berbea dengan yang lainya, contoh pertanyaannya sebagai berikut:
1.    Siapa nama Anda?
Jawaban    : belum tentu Fitriani
2.   Berapa umur Anda?
Jawaban    : kurang dari/lebih dari 23 tahun
3.   Kapan Anda dilahirkan?
Jawaban           : pada masa lampau
4.   Kenapa Anda tidur?
Jawaban : karena adanya potensi
5.    Siapakah yang Anda sayangi?
Jawaban : subjek, predikat, wadah, isi, objek, dan sifat
6.   Dan seterusnya..
Dari rangkaian pertanyaan dan jawaban di atas jelaslah kiranya perbedaan cara pandang filsafat dengan yang bukan filsafat. Pertanyaan yang sederhana ternyata memiliki jawaban yang belum pasti karena sesungguhnya apapun yang terjadi ataupun fenomena yang terjadi setiap saat itu berbeda satu dengan yang lainnya. Perbedaan yang terjadi diakibatkan karena keberadaan ruang dan waktu tersebut, misalnya nama, nama yang merupakan predikat selau berubah seiring berjalannya waktu, pada saat anda lahir sampai sekarang pastilah mengalami perubahan anda yang kemarin lapar dan hari ini kenyang, anda yang sebelumnya belum punya gelar sekarang punya gelar dan begitu setrusnya. Sehingga dapat disimpulakan bahwa tidak adan jawaban yang pasti tentang filsafat kecuali terkait Pencipta Tuhan yang Maha Esa yang dari dulu hingga sekarang Absolut tidak mengalami perubahan.
Namun, memaknai filsafat yang sebenarnya hanya bisa diartikan oleh orang dewasa yang telah mampu mengolah olah pikirnya secara rasional serta mendalam. Filsafat tidak akan mungkin dipahami oleh anak kecil, disinilah perbedaan letak pola pikir orang dewasa dan anak-anak.
Hakekat kehidupan
            Dalam hakekat kehidupan membahas bahwa adanya pencipta alam semesta. Tuhan sebagai pencipta alam semesta beserta isinya tentunya mempunyai zat yang Agung. Zat Tuhan dalam setiap agama mempunyai aturan-aturan dan kepercayaannya masing-masing. Maka jika ada yang mengatakan bahwa telah menemukan zat Tuhan maka hal ini tidak mengherankan sebab “aku pegang kepalaku, aku pegang rambutku  maka aku telah memegang zat Tuhan  karena rambut, kepala dan sebagainya merupakan zat Tuhan yang bisa bermaksud ciptaaNya, milikNya, serta kuasaNya. Maka dari itu syukuri segala nikmat, ciptaan serta yang ada di muka bumi jagalah sesuai dengan kodratnya yang diberikan karena itulah sebuah zat Tuhan Pencipta Alam Semesta.
            Hakekat kehidupan juga terkait dengan kehidupan yang harmoni, harmoni dalam artian seimbang dan selaras antara fatal dan vital. Hidup fatal adalah kehidupan orang-orang yang menyerahkan sepenuhnya kehidupannya kepada nasib dan takdirnya tanpa adanya semangat dan perjuangan sehingga hidupnya bagaikan air yang mengalir yang mengikuti arus serta terbawa arus kemanapun arahnya. Sedangkan hidup vital adalah kehidupan orang-orang yang hanya mengandalkan ikhtiar atau usaha saja, kehidupan orang vital ini tidak percaya akan kekuatan doa, takdir serta nasib. Pola pikir kaum vitalisme tersebut menganggap bahwa takdir itu ditentukan sendiri oleh usaha manusia seutuhnya, besarnya kesuksesan maka usahanya pun mesti besar. Maka sebenar-benranya hidup adalah keseimbangan dinamika interaktif yang selaras antara fatal dan vital, sebesar-besarnya usaha manusia di muka bumi ini jika Allah SWT menetapkan takdirnya tidak seperti itu maka bukan itulah yang terjadi. Takdir yang telah terjadi inilah sebuah nasib sedangkan takdir yang belum terjadi itulah yang menjadi ikhtiar kita di muka bumi ini. Allah SWT telah bersabda “Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kalau bukan dia sendiri yang mengubahnya” inilah bukti betapa Adilnya sang Pencipta walaupun Allah SWT maha berkehendak tetaplah diberikan kesempatan olehNya untuk merubahnya sebelum terjadi dengan ikhtiar ini. Untuk lebih mendalami tentang konsep fatal dan vital ini Bapak Prof. Marsigit berbagi cerita hidupnya, simaklah cerita hidp beliau berikut ini:
            Pada masa Beliau masih kecil, beliau telah dianugrahi sebuah mimpi yang mana mimpi-mimpi tersebut berupa angka lotre pada masa di Cilacap ada lotre yang dimana angka yang Beliau mimpikan itulah angka untuk pemenang lotre. Maka dari itu ketika Beliau tidur mimpinya dicatatat. Di mimpinya Beliu menceritaka bahwa adanya orang yang mendatangi Beliau dan berdialog sebagai berikut:

Orang yang datang :  giit...gitt...
Bapak Marsigit        : nggeh...
Orang yang datang :besok... tetangga-tetangga suruh  beli no. 40 biar nomornya dapat   rejeki.

            Selain cerita mimpi tersebut di atas adapula carita hidup Beliau yang lain yang dimana sejak SMA Beliau telah ada yang menebak bahwa nantinya Beliau akan manejadi professor, orang tersebut adalah seorang Romo Pastur yang berbisik kepada kakak Beliau sedang menengok kakaknya yang sedang sakit namun maksud dari perkataan Romo tersebut barulah terungkap dengan pasti ketika Beliau Bapak Marsigit telah jadi professor. Inilah bukti bahwa adanya fatal dan vital itu, takdir telah ditentuka oleh Allah SWT sejak kita lahir namun seiring berjalannya waktu kita haruslah berikhtiar untuk menggapai takdir itu sebelum kita tau hasil yang sebenarnya. Ingatlah bahwa tidak ada usaha yang sia-sia Allah SWT selalu memberikan yang terbaik dan mengetahui yang terbaik bagi kita hambaNya. Semoga dengan berlajar filsafat ini kita lebih mampu memaknai hidup lebih bermakna dan bermanfaat. Amin
Sampai jumpa di refleksi berikutnya...(^_^)
Wassalamualaikum wr.wb

2 Responses to "Memaknai Filsafat lebih realis dan mendalam"