Refleksi 3 : Filsafat ilmu
Answering
Questions With The Perspective Of Philosophy
Sumber
: Refleksi Perkuliahan Filsafat Ilmu oleh Prof. Dr. Marsigit, M.A. Pada
pertemuan ke-3 Pascasarjana Pendidikan Matematika Kelas A di hari selasa
tanggal 22 September 2015 pukul 11.10 s.d. 12.50 di ruang 305B Gudung lama
Pascasarjana UNY
Filsafat yang merupakan olah pikir mempunyai objek pengkajian yaitu berupa segala sesuatu yang ADA dan yang MUNGKIN ADA. Objek ADA dan MUNGKIN ADA ini sangatlah luas cakupannya. Mempelajari yang ADA saja masih belum bisa kita kaji secara keseluruhan serta tidak akan pernah tuntas untuk mengkajinya apalagi mempelajari yang MUNGKIN ADA. Sehingga dalam pengkajian objek tersebut kadang kita mengalami berbagai macam pemikiran dan selanjutnya memunculkan berbagai pertanyaan baik itu dalam ranah ilmu pengetahuan, alam semesta, sekolah, matematika dan yang lainnya dari segala sesuatu yang ADA dan MUNGKIN ADA itu. Beberapa pertanyaan yang diajukan oleh beberapa mahasiswa PPs UNY Prodi Pendidikan Matematika Kelas A tahun 2015 terkait dengan masalah yang dihadapi atau ditemukan penanya kemudian dikaji menurut pandangan filsafat yang jawab oleh Bapak Prof. Dr. Marsigit, M.A. Pertanyaan-pertanyaan serta pengkajiannya oleh Bapak akan diuraikan sebagai berikut:
1.
Retno
Kusuma Dewi
Pertanyaan:
Terima kasih Bapak atas
kesempatan yang diberikan, melihat kondisi kehidupan masa sekarang ini menurut
pandangan Bapak yang sudah memahami banyak problema kehidupan, melihat kondisi
anak-anak zaman sekarang ini ketika belajar khususnya pada mata pelajaran
Matematika, siswa itu cenderung memilih hal yang mudah maksudnya segala sesuatu
itu pengennya yang instan, praktis, cepat dan sebagainya apalagi terkait dalam
mengerjakan soal Matematika siswa itu selalu mau menjawab soal-soal matematika
ini dengan cara singkat, praktis dan sebagainya. Bagaimana tanggapan Bapak
mengenai hal ini?
Pembahasan:
Ibu
meluncurnya terlalu tajam dari filsafat sampai ke siswa tetapi dari tajamnya
peluncuran itu ada yang menarik untuk di bahas yaitu BUDAYA INSTAN yang sebetulnya.
Pertanyaan Ibu itu terkait dengan artikel saya di (https://uny.academia.edu/MarsigitHrd)
yang berjudul “Narasi Besar Ideologi dan Politik Pendidikan Dunia” pada link (http://powermathematics.blogspot.co.id/2015/07/narasi-besar-ideologi-dan-politik.html).
Pada artikel tersebut akan diuraikan tentang pendidikan dari zaman Yunani
sampai zaman sekarang sehingga kita bisa mengetahu rasional alasan-alasan atau
sebab-sebab terjadiya hal yang Ibu tanyakan tadi yakni “BUDAYA INSTAN”.
Pada
pengkajian ini akan dibahas menjadi dua bagian yaitu tesis dan anti tesisnya
yang terkait dengan psikologi siswa tersebut. Tesis diletakkan sebelah kiri di
kolom dengan statemen”kalau bisa dengan cara yang mudah kenapa
dipersulit” dan antitesisnya di sebelah kanan di tabel kolom dengan
statemen ”kalau bisa mengerjakan yang
sulit kenapa cari yang mudah” yang
merupakan bagian pertama dan kedua akan diidentifikasi keadaannya,
perbedaannya, perbandingannya pada aspek psikologis dari sisi pelakunya,
kejiwaannya seperti apa, keadaanya dari pelaku yang dapat diamati diuraikan sebagai
berikut:
Tabel 1
Perbedaan
Tesis dan Antitesis “Budaya Instan Siswa”
Tesis
”kalau bisa dengan cara yang mudah kenapa
dipersulit”
|
Antitesis
”kalau bisa mengerjakan yang sulit kenapa cari yang mudah”
|
· Tidak
mau berjuang
· Nyaman
di zona aman
· Tidak
mau meningkatkan diri
· Santai
· Gampang
menyerah
· Tidak
ingin berkembang
· Tidak
mau bekerja keras
· Motivasinya
kurang
· Tidak
kreatif
· Masa
bodoh
· Tidak
cerdas
· Ringkas
· Budaya
instan
· Dan
sebagainya...
|
o Pejuang
o Mencoba
hal baru
o Kreatif
o Cerdas
o Pekerja
keras
o Ulet
o Suka
tantangan
o Ingin
berkembang
o Ingin
taunya tinggi
o Banyak
motivasi
o Tidak
mudah meyerah
o Semangatnya
tinggi
o Tidak
mudah putus asa
o Dan
sebagainya
|
Maka
dari tabel diatas dapat dilihat perbedaan-perbedaan yang dimiliki oleh siswa
yang mengalami perilaku yang bersangkutan. Jika siswa kebanyakan bertipe yang
bertipe seperti tesis diatas yaitu seperti yang ditanyakan Ibu maka perlulah
dibimbimbing untuk hijrah ke tipe antitesis dengan memberi pemahaman “jika ingin hidup yang lebih baik maka
hijrahlah dati tesis ke anti tesis” karena sebenar-benarnya hidup itu
adalah interaksi dati tesis ke anti tesis. Terima kasih
2.
Heru
Tri Novi Rizki
Pertanyaan:
Bagaimana pandangan filsafat tentang penciptaan Alam Semesta
itu yang terkait dengan ada atau tidak ada yang menciptakannya?
Pembahasan:
Pertanyaan Anda sama halnya punya maksud seperti ”bagaimana pandangan agama tentang makhluk
pertama penciptaan manusia”. Dalam pengkajian asal mula manusia terdapat
berbagai teori yang berkembang dan dari teori-teori tersebut banyak yang tidak
relevean dengan ajaran spiritual. Teori-teori yaitu sebagai berikut:
Ø Teori
Darwin
Teori Darwin yang lebih dikenal sebagai Revolusi
Darwin yang menyatakan bahwa “nenek
moyang manusia itu adalah binatang atau monyet” hal ini berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Darwin sendiri dengan meneliti fosil-fosil manusia yang beraneka
ragam dan kerangka yang ditemukan mirip dengan kerangka tulang modern sekarang
ini. Menurutnya monyet berevolusi sehingga telah sampai puncak kesempurnaan
hingga manusia sekarang ini. Hukum sebab-akibat bahwa manusia jia satiap pagi
belajar terbang terus menerus selama masa hidupnya kemudian diteruskan lagi
oleh keturunannya begitu seterusnya maka dalam jangka waktu tertentu manusia tersebut
akan terbang. Teori Darwin berdasar pula pada teori potensi, teori pengembangan
potensi diri yang kemudian disimpulkan oleh Imanuel Khan sebagai teori segala
macam perkiraan masa depan.
Ø Spiritual
Agama Islam
Teori
penciptaan manusia pertama kali telah dijelaskan dalam Al Quran bahwa manusia
yang diciptakan pertama kali di muka bumi ini adalah Nabi Adam AS dengan
sebaik-baik bentuk sehingga manusia diangkat sebagai Khalifah di muka bumi.
Jika berdasarkan dengan teori Revolusi Darwin di atas maka sangatlah tidak
sesuai mana mungkin Allah SWT menciptakan Nabinya sama dengan hewan lagi pula
hewan tersebut tidak mampu pula untuk menjadi Khalifah. Sanggahan selanjutnya
jika manusia tersebut berasal dari monyet maka musnahlah seluruh monyet-monyet
pada masa sekarang ini karena telah berubah menjadi manusia, namun jelas monyet
pun masih banyak hidup di masa sekarang.
Ø Filsafat
Menurut pandangan filsafat, teori evolusi pada
dasarnya segala sesuatu bersifat tetap dan berubah. Segala sesuatu itu
mengalami perubahan, tiadalah di dunia ini yang tidak mengalami perubahan,
namun pendapat ini hanya separuh dunia separuh lagi punya pendapat bahwa segala
sesuatu bersifat tetap. Masing-masing dari sifat itu mempunyai tokohnya
tersendiri. Tetap dianut oleh Permenides dan yang berubah yaitu Heraclitos.
Berdasarkan teori Evolusi Darwin tersebut yaitu
dasar filsafat merupakan segala sesuatu mengalami perubahan. Tidak ada di dunia
ini yang tidak mengalami perubahan yang merupakan separuh dunia itu, sedangkan separuh
dunia yang lain adalah segala sesuatu itu bersifat tetap. Masing-masing
memiliki tokoh-tokoh tersendiri. Berubah tokohnya Heraclitos dan tetap tokohnya
Permenides. Maka dari itu sebenar-beanarnya hidup adalah interaksi antara yang
tetap dan tidak tetap atau berubah. Contohnya adalah diri kita masing-masing, mulai
lahir sampai sekarang kita adalah ciptaan Tuhan ini merupakan sisfat dari tetap
itu, akan tetapi keadaan yang dari waktu ke waktu, yang telah terjadi, yang tadi, beberapa hari yang
lalu pastilah berbeda, “aku yang tadinya lapar sekarang jadi kenyang”,
“aku yang tadinya lemas menjadi berenergi”
dan contoh-contoh yang lainnya yang merupakan bukti dari adanya mengalami perubahan
itu.
Maka dari uraian beberapa cara pandang tentang teori
penciptaan atau asal usul manusia dapat ditarik kesimpulan bahwa bagaimana pun
berkembangya teori ilmu pengetahuan tentang asal usul manusia maka tetapkanlah
itu hanya sebatas ilmu bukan untuk diyakini sebab jika itu menjadi keyakinan
maka goyahlah keyakinan umat beragama yang dimiliki. Perlu diketahui bahwa
budaya barat sangat berbeda dengan budaya timur seperti kita orang Indonesia, budaya barat cenderung berfikir final dan
tertutup sedangkan budaya timur cenderung berpikir terbuka atau olen ended. Sehingga disinilah diperlukan
fondasi yang kokoh dalam beragama supaya tidak tergoyahkan oleh pengaruh ilmu
pengetahuan yang kepastiannya berubah sesuai dengan hasil riset yang ada.
3.
Ricky
Antonius L
Pertanyaan:
Kalau
dogma yang kita terima secara utuh yah
pak, kita kaitkan dengan ilmu fisika yang mengaplikasikannya sehingga
terdapatlah teori pembentukan alam semesta yaitu teori Big Bang menjadi teori yang kita pelajari namun buktinya masih
belum jelas secara keseluruhan namunteorinya telah dipelajari secara
menyeluruh. Bagaimana kita menyikapi hal ini pak?
#catatan tambahan#
Ledakan Dahsyat
atau Dentuman Besar (bahasa Inggris:
Big Bang) merupakan sebuah peristiwa yang menyebabkan pembentukan
alam semesta
berdasarkan kajian kosmologi mengenai bentuk awal dan perkembangan
alam semesta (dikenal juga dengan Teori Ledakan Dahsyat atau Model
Ledakan Dahysat). Berdasarkan permodelan ledakan ini, alam semesta, awalnya
dalam keadaan sangat panas dan padat, mengembang secara terus menerus hingga
hari ini. Berdasarkan pengukuran terbaik tahun 2009,
keadaan awal alam semesta bermula sekitar 13,7 miliar tahun lalu, yang kemudian
selalu menjadi Referensi sebagai waktu terjadinya Big Bang tersebut. Teori
ini telah memberikan penjelasan paling komprehensif dan akurat yang didukung
oleh metode ilmiah beserta pengamatan.
Teori ledakan dahsyat berawal pada tahun 1912 oleh Vesto Slipher,
Sepuluh tahun kemudian, Alexander Friedmann
melanjutkan teori tersebut lalu pada tahun 1924,
pengukuran Edwin Hubble akan jarak nebula
spiral terdekat menunjukkan bahwa ia sebenarnya merupakan galaksi
lain. Georges Lemaître kemudian secara
independen menurunkan persamaan Friedmann pada tahun 1927
dan mengajukan bahwa resesi nebula
yang disiratkan oleh persamaan tersebut diakibatkan oleh alam semesta yang
mengembang.
Pada tahun 1931 Lemaître lebih jauh lagi
mengajukan bahwa pengembangan alam semesta seiring dengan berjalannya waktu
memerlukan syarat bahwa alam semesta mengerut seiring berbaliknya waktu sampai
pada suatu titik di mana seluruh massa alam semesta berpusat pada satu titik,
yaitu "atom
purba" di mana waktu dan ruang bermula.
Mulai dari tahun 1924, Hubble mengembangkan sederet
indikator jarak yang merupakan cikal bakal tangga jarak kosmis
menggunakan teleskop Hooker 100-inch (2,500 mm) di Observatorium Mount Wilson.
Hal ini memungkinkannya memperkirakan jarak antara galaksi-galaksi yang pergeseran merahnya
telah diukur, kebanyakan oleh Slipher. Pada tahun 1929, Hubble menemukan
korealsi antara jarak dan kecepatan resesi, yang sekarang dikenal sebagai hukum Hubble.
Lemaître telah menunjukan bahwa
ini yang diharapkan, mengingat prinsip kosmologi.
Semasa tahun 1930-an, gagasan-gagasan lain diajukan
sebagai kosmologi non-standar untuk menjelaskan pengamatan Hubble, termasuk
pula model Milne,
alam semesta berayun
(awalnya diajukan oleh Friedmann, namun diadvokasikan oleh Albert Einstein
dan Richard Tolman)
dan hipotesis cahaya lelah
(tired light) Fritz Zwicky.
Setelah Perang Dunia II,
terdapat dua model kosmologis yang memungkinkan. Satunya adalah model keadaan tetap Fred Hoyle,
yang mengajukan bahwa materi-materi baru tercipta ketika alam semesta tampak
mengembang. Dalam model ini, alam semesta hampirlah sama di titik waktu manapun.
Model lainnya adalah teori ledakan dahsyat Lemaître, yang diadvokasikan
dan dikembangkan oleh George Gamow,
yang kemudian memperkenalkan nukleosintesis ledakan dahsyat
(Big Bang Nucleosynthesis, BBN) dan yang kaitkan oleh, Ralph Alpher
dan Robert Herman,
sebagai radiasi latar belakang gelombang
mikro kosmis (cosmic microwave background radiation,
CMB). Ironisnya, justru adalah Hoyle yang mencetuskan istilah big bang
untuk merujuk pada teori Lemaître dalam suatu siaran radio BBC pada bulan
Maret 1949.
Pembahasan:
Asal-usul
teori baru bisa diterima karena adanya buku tentang teori tersebut, sponsorship
manfaat dan sebagainya. Teori Big Bang itu bermanfaat tapi
jika dikaitkan dengan spriritual
bagaimana pun kita sebagi umat beragama punya keyakinan tersendiri tentang
penciptaan alam semesta. Maka dari itu ambillah saja teori tersebut sebagai
ilmu pengetahuan namun bukan untuk diyakini.
Dalam
filsafat jelas bahwa adanya objek filsafat yaitu yang ADA dan yang MUNGKIN ADA
itu. Semua merupakan wadah berisi, semua yang dipikirkan itu adalah wadah namun
yang bisa disebut itulah isinya. Misalnya rambut itu hitam namun sampai kiamat
pun tidak akan mungkin sama bahwa hitam itu adalah rambut karena rambut
merupakan subyek sendangkan hitam itu salah satu sifat yang menjadi predikat
dari rambut itu.
Dalam cara pandang dunia filsafat ada
dua istilah yang dikenal yaitu fatal dan vital. Fatal adalah orang yang hanya
mengandalkan hidupnya dari takdir sedangkan Vital adalah orang yang tidak
percaya kepada doa dan hanya mengandalkan ihtiar saja dalam pencapaian target
hidup atau dalam mengarungi kehidupan ini. Fatal berbicara mengenai akherat
sedangkan vital berbicara tentang dunia. Maka sebenar-benar hidup adalah interaksi
antara fatal dan vital. Bersikap fatal dengan berserahdiri kepada Allah SWT
dengan cara berdoa dan bersikap vital
dengan senantiatasa berusaha dan berikhtiar semaksimal mungkin. Berusahalah
seakan-akan kamu akan hidup 1000 tahun lagi, serta berdoalah seakan-akan kamu
akan masti besok.
4.
Atik
Lutfi Ulian Ni’mah
Pertanyaan:
Berkaitan dengan takdir pak, ada beberapa takdir yang telah
ditetapkan oleh Allah SWT salah satunya adalah kematian. Cara atau penyebab
kematian orag berbeda-beda ada yang bunuh diri, ada yang dibunuh, ada yang
kecelakaan dan sebagainya. Yang menjadi pertanyaan saya pak terkait perihal
bunuh diri itu, apakah ini merupakan ketetapan Tuhan sehingga orang yang
bersangkutan melakukan hal tersebut sehingga amal dan perbuatanya jadi sia-sia?
Pembahasan:
Cara pandang berdimensi yang dipandang juga berdimensi
kemudian diinteraksikan dengan sisi spiritual. Jelaslah kiranya dalam filsafat
takdir itu sesuatu yang sudah terjadi karena pikiran manusia terbatas atas apa
yang di olah pikirnya. Namun pada sisi spiritual takdir dibagi atas tiga yaitu
kelahiran, jodoh, dan matinya seseorang.
Berkaitan dengan takdir yang telah ditetapkan oleh Allah SWT ada yang
bisa di ubah oleh manusia dengan cara ikhtiar ada pula yang sudah pasti maka
hanya Allah SWT Maha Mengetahui dan Maha Berkehendak segala sesuatu. Maka dari
itu lakukanlah yang terbaik selagi masih hidup di dunia ini.
5.
Ricky
Antonius L
Pertanyaan:
Bagaimana
kalau orang poligami pak yang istrinya
ada 4. Apakah yang dipikirannya itu memang hanya satu istrinya atau ke semuanya
itu ada dalam pikirannya dan bagaimana dengan contoh-contohnya?
Pembahasan:
Dalam pikiran hanya ada
satu wadah yaitu istri namun isi dari wadah tersebutlah yang berisi 4 kemudian
yang masing-masing punya contoh-contohnya. Yang pertama dengan contonya
tersendiri, kedua dengan contohnya tersendiri ebgitu pula seterusnya.
6.
Azmi
Yunianti
Pertanyaan:
Apakah
filsafat itu berpantangan dengan motivasi atau motivator? Karena tadi telah
disebutkan bahwa segala sesuatu itu sudah ditentukan oleh Tuhan tapi motivasi
itu punya target untuk berubah.
Pembahasan:
Segala sesuatu
diciptakan itu berpasang-pasangan dan masing-masing mencari jodohnya. Setiap
yang ADA dan MUNGKIN ADA itu adalah tesis dan selain yang ada itu antitesisnya.
Contohnya jika diriku adalah tesis aka selain diriku itu termasuk kamu, dia
mereka termasuk antitesisnya. Ketetapan dalam agama itu tesis maka antitesisnya
adalah ikhtiar. Tesisnya fatal maka antitesisnya potensi, maka motivator itu
mengembankan potensi-potensinya agr manusia berpotensi maka sebenar-benar hidup
adalah berkembangnya suatu potensi, berubahnya suatu potensi dari ADA menjadi
PENGADA melalui MENGADA, maka segala sesuatu berubah di ikhtiarkan denga
dibarengi keikhlasan karena tanpa keikhlasan semuanya akan sia-sia. Kalau kita
lihat di dunia ini ada bermilyar-milyar keikhlasan misalnya proses pembuatan
kaca mulai dari bahan mentahnya, diolah, dijual, diantar oleh driver kemudian
sampailah ke tangan konsumen. Jadi yang namanya keihlasan adalah terwujudnya
PENGADA /WADAH dari yang ada menjadi
MENGADA. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa motivator dan filosofer tidaklah bertantatangan melainkan selaras dan
terangkum perbedaannya hanya dari segi pengolahan ikhtiarnya, filosofer lebih
mengkaji dari berbagai aspek kemudian direfleksikan di berbagai cabang-cabang
ilmu seperti psikologi, matematika dan ilmu lainnya sedangkan motivator lebih
kepada aspek kontrol dan kendali dengan perencanaan-perencanaan berstruktur.
7.
Fitriani
Pertanyaan:
Assalamualaikum
wr.wb. Saya mau menanyakan tentang kontradiksi pak. Bagaimana mensinergikan apa
yang ada dalam pikiran dengan apa yang ada di hati supaya tidak menimbulkan
penyesalan atau kontradiksi-kontradiksi dalam diri setelah apa yang telah kita
lakukan itu tidak menimbulkan penyesalan-penyesalam dalam diri?
Pembahasan:
Walaikumsalam wr.wb. Kodrat sunnatullah
yaitu adalah takdirnya, takdir yang
ditemukan hukumnya itu oleh Imanuel Khan bahwa isi tidak sama dengan
wadahnya walaupun wadah sekaligus isi dan isi sekaligus wadah tetapi isi tidak
selalu sama dengan wadahnya. Contohnya telah disebutkan bahwa rambut berwarna
hitam, hitam itu isinya sedangkan wadahnya itu adalah rambut. Itulah yang
disebut dengan kontradiksi dalam filsafat yang merupakan prinsip pertama filsafat.
Prinsip yang kedua adalah prinsip identitas, yaitu A = A itu hanya terjadi di
dalam pikiran, karena dalam pikiran terbebas dari ruang dan waktu. Tapi jika
diucapkan maka A yang diucapkan pertama berbeda dengan A yang diucapkan yang
kedua, A yang pertama di sebutka pada musim penghujan sedangkan A yang kedua
musim kemarau jadi A yang pertama gemuk sedangkan A yang kedua kurus. Sehingga
sampai kapanpun A tidak akan sama dengan A jika telah disebutkan. Oleh karena
itu manusia selalu diwarnai dengan kontradiksi-kontradiksi. Dari dalam diri pun
terjadi pula kontradiksi, pertempuran antara oksigen dan darah merah serta
makanan yang telah kita makan yang bercampur baur sehingga menciptakan keringat
beserta tenaga dan energi untuk beraktifitas. Maka kita mesti bersyukur karena
adnya kontradiksi itu.
Dari sekian banyaknya
kontradiksi-kontradiksi yang terjadi, sekarang yang jadi masalah adalah
kontradiksi yang seperti apa yang produktif
dan kontra produktif. Setelah mengalami kontradiksi selanjutnya kita lihat
kedudukan dari kontradiksi itu, ada dimana (lokasinya), isi atau wadah yang
mana yang mengalami kontradiksi.
Semakin rendah posisi dalam predikat maka semakin tinggi
kontradisinya
Semakin tinggi
posisi dalam predikat maka semakin rendah kontradiksinya
Semakin...makin..makin
tinggi tinggi... maka semakin kecil kontradiksinya
Semakin...semakin....sampai
yang paling tinggi kekuasaaan yaitu Tuhan Alam Semesta disana tidak akan
ditemukan kontradiksi.. Absolutly 0 % Tuhan tidak mengalami kontradiksi
Karena sesuangguhnya Tuhan tidak
mengalami kontradiksi melainkan makhluknyalah yang mengalami kontradiksi. Bagi
adik kita, kita itu tidak mengalami kontradiksi namun bagi kita adik itu penuh
dengan kontradiksi. Kita sebagai wadah mempunyai sifat, dari sekian banyaknya
sifat yang kita miliki sehingga menurut kita adek itu penuh dengan kontradiksi.
Dari milyaran sifat yang mengalami kotradiksi maka orang jawa punya solusi “ngono yo ngono ning ojo ngono” yang
berarti begitu yah begitu tapi jangan begitu, A yah A tapi jangan A, yang satu
wadah yang satu isi, boleh minum (wadahnya) tapi jangan berdiri (isinya).
Selanjutnya bagaimana dengan hati
kita.?
Ilmu dan pengetahuan itu pada dasarnya
terbentuk dari kontradiksi. Pengetahun itu ada karena adanya pertarungan antara
tesis dan antitesis sehingga membentuk sintesis. Pertarungan antara pengetahuan
lama dengan pengetahuan baru, pendapat yang satu dengan pendapat lainnya, tokoh
yang satu deng tokoh yang lainnya dan seterusnya. Maka perbesarlah
kontradiksi-kontradiksi itu sehingga menimbulkan sistesis pengetahuan baru yang
berguna. Namun, sebesar-besarnya kontradiksi yang terjadi jangan sampai
kontradiksi itu turun ke hati. Menurut mbah Kyai jika kontradiksi itu turun ke
hati, sedihnya di hati galaunya di hati maka itu pertanda adanya seekor setan
mengusiknya. Maka cara satusatunya untuk menyembuhkan kontradiksi yang ada di
hati yaitu kembali ke jalan Allah SWT karena hanya Allah SWT yang mampu
menyembuhkannya. Sehingga jika muncul kontradsi seperti keraguan, penyesalan,
kekecewaaan, ketidakpuasan dan lain-lain yaitu dengan berdoa kepada Allah SWT
memohon pertolongan-Nya. Setinggi-tinggi doa adalah dengan menyebut namaNya,
namun kita sebagai orang awam harus belajar lebih dalam kepada orang-orang yang
lebih berpengalaman dan berilmu lebih. Salah satu tips pula untuk terhindar
dari godaan syaitan yaitu dengan tidak memberikan kesempatan bagi setan
tersebut untuk menggoda kita maka penuhilah setiap detik, menit, langkah dan
aktifitas dengan berdoa kepada Alah SWT.
Mengkaji permasalahan-permasalahan yang ditemukan
dengan pandangan filsafat ternyata sangat menarik, mendalam serta penuh dengan
makna jika pengkajiannya ditelurusi dari berbagai aspek dari filsafat itu. Marilah
kita memperdalam ilmu dan banyak mengkaji persoalan-persoalan yang dihadapi
dengan olah pikir filsafat. Semoga bermanfaat.
Wassalamualaikum wr.wb
0 Response to "Answering Questions with the Perspective of Philosophy"