Latest News

Answering Questions with the Perspective of Philosophy


Refleksi 3 : Filsafat ilmu
Answering Questions With The Perspective Of Philosophy
Sumber : Refleksi Perkuliahan Filsafat Ilmu oleh Prof. Dr. Marsigit, M.A. Pada pertemuan ke-3 Pascasarjana Pendidikan Matematika Kelas A di hari selasa tanggal 22 September 2015 pukul 11.10 s.d. 12.50 di ruang 305B Gudung lama Pascasarjana UNY
               

             Filsafat yang merupakan olah pikir mempunyai objek pengkajian yaitu berupa segala sesuatu yang ADA dan yang MUNGKIN ADA. Objek ADA dan MUNGKIN ADA ini sangatlah luas cakupannya. Mempelajari yang ADA saja masih belum bisa kita kaji secara keseluruhan serta tidak akan pernah tuntas untuk mengkajinya apalagi mempelajari yang MUNGKIN ADA. Sehingga dalam pengkajian objek tersebut kadang kita mengalami berbagai macam pemikiran dan selanjutnya memunculkan berbagai pertanyaan baik itu dalam ranah ilmu pengetahuan, alam semesta, sekolah, matematika dan yang lainnya dari segala sesuatu yang ADA dan MUNGKIN ADA itu. Beberapa pertanyaan yang diajukan oleh beberapa mahasiswa PPs UNY Prodi Pendidikan Matematika Kelas A tahun 2015 terkait dengan masalah yang dihadapi atau ditemukan penanya kemudian dikaji menurut pandangan filsafat yang jawab oleh Bapak Prof. Dr. Marsigit, M.A. Pertanyaan-pertanyaan serta pengkajiannya oleh Bapak akan diuraikan sebagai berikut:
1.    Retno Kusuma Dewi
Pertanyaan:
       Terima kasih Bapak atas kesempatan yang diberikan, melihat kondisi kehidupan masa sekarang ini menurut pandangan Bapak yang sudah memahami banyak problema kehidupan, melihat kondisi anak-anak zaman sekarang ini ketika belajar khususnya pada mata pelajaran Matematika, siswa itu cenderung memilih hal yang mudah maksudnya segala sesuatu itu pengennya yang instan, praktis, cepat dan sebagainya apalagi terkait dalam mengerjakan soal Matematika siswa itu selalu mau menjawab soal-soal matematika ini dengan cara singkat, praktis dan sebagainya. Bagaimana tanggapan Bapak mengenai hal ini?
Pembahasan:
         Ibu meluncurnya terlalu tajam dari filsafat sampai ke siswa tetapi dari tajamnya peluncuran itu ada yang menarik untuk di bahas yaitu BUDAYA INSTAN yang sebetulnya. Pertanyaan Ibu itu terkait dengan artikel saya di (https://uny.academia.edu/MarsigitHrd) yang berjudul “Narasi Besar Ideologi dan Politik Pendidikan Dunia” pada link (http://powermathematics.blogspot.co.id/2015/07/narasi-besar-ideologi-dan-politik.html). Pada artikel tersebut akan diuraikan tentang pendidikan dari zaman Yunani sampai zaman sekarang sehingga kita bisa mengetahu rasional alasan-alasan atau sebab-sebab terjadiya hal yang Ibu tanyakan tadi yakni “BUDAYA INSTAN”.
        Pada pengkajian ini akan dibahas menjadi dua bagian yaitu tesis dan anti tesisnya yang terkait dengan psikologi siswa tersebut. Tesis diletakkan sebelah kiri di kolom  dengan statemen”kalau bisa dengan cara yang mudah kenapa dipersulit” dan antitesisnya di sebelah kanan di tabel kolom dengan statemen ”kalau bisa mengerjakan yang sulit  kenapa cari yang mudah” yang merupakan bagian pertama dan kedua akan diidentifikasi keadaannya, perbedaannya, perbandingannya pada aspek psikologis dari sisi pelakunya, kejiwaannya seperti apa, keadaanya dari pelaku yang dapat diamati diuraikan sebagai berikut:
Tabel 1
Perbedaan Tesis dan Antitesis “Budaya Instan Siswa”
Tesis
kalau bisa dengan cara yang mudah kenapa dipersulit
Antitesis
kalau bisa mengerjakan yang sulit  kenapa cari yang mudah
·    Tidak mau berjuang
·    Nyaman di zona aman
·    Tidak mau meningkatkan diri
·    Santai
·    Gampang menyerah
·    Tidak ingin berkembang
·    Tidak mau bekerja keras
·    Motivasinya kurang
·    Tidak kreatif
·    Masa bodoh
·    Tidak cerdas
·    Ringkas
·    Budaya instan
·    Dan sebagainya...
o   Pejuang
o   Mencoba hal baru
o   Kreatif
o   Cerdas
o   Pekerja keras
o   Ulet
o   Suka tantangan
o   Ingin berkembang
o   Ingin taunya tinggi
o   Banyak motivasi
o   Tidak mudah meyerah
o   Semangatnya tinggi
o   Tidak mudah putus asa
o   Dan sebagainya

Maka dari tabel diatas dapat dilihat perbedaan-perbedaan yang dimiliki oleh siswa yang mengalami perilaku yang bersangkutan. Jika siswa kebanyakan bertipe yang bertipe seperti tesis diatas yaitu seperti yang ditanyakan Ibu maka perlulah dibimbimbing untuk hijrah ke tipe antitesis dengan memberi pemahaman “jika ingin hidup yang lebih baik maka hijrahlah dati tesis ke anti tesis” karena sebenar-benarnya hidup itu adalah interaksi dati tesis ke anti tesis. Terima kasih
2.    Heru Tri Novi Rizki
Pertanyaan:
       Bagaimana pandangan filsafat tentang penciptaan Alam Semesta itu yang terkait dengan ada atau tidak ada yang menciptakannya?
Pembahasan:
       Pertanyaan Anda sama halnya punya maksud seperti ”bagaimana pandangan agama tentang makhluk pertama penciptaan manusia”. Dalam pengkajian asal mula manusia terdapat berbagai teori yang berkembang dan dari teori-teori tersebut banyak yang tidak relevean dengan ajaran spiritual. Teori-teori yaitu sebagai berikut:
Ø  Teori Darwin

Teori Darwin yang lebih dikenal sebagai Revolusi Darwin yang menyatakan bahwa “nenek moyang manusia itu adalah binatang atau monyet  hal ini berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Darwin sendiri dengan meneliti fosil-fosil manusia yang beraneka ragam dan kerangka yang ditemukan mirip dengan kerangka tulang modern sekarang ini. Menurutnya monyet berevolusi sehingga telah sampai puncak kesempurnaan hingga manusia sekarang ini. Hukum sebab-akibat bahwa manusia jia satiap pagi belajar terbang terus menerus selama masa hidupnya kemudian diteruskan lagi oleh keturunannya begitu seterusnya maka dalam jangka waktu tertentu manusia tersebut akan terbang. Teori Darwin berdasar pula pada teori potensi, teori pengembangan potensi diri yang kemudian disimpulkan oleh Imanuel Khan sebagai teori segala macam perkiraan masa depan.
Ø  Spiritual Agama Islam
Teori penciptaan manusia pertama kali telah dijelaskan dalam Al Quran bahwa manusia yang diciptakan pertama kali di muka bumi ini adalah Nabi Adam AS dengan sebaik-baik bentuk sehingga manusia diangkat sebagai Khalifah di muka bumi. Jika berdasarkan dengan teori Revolusi Darwin di atas maka sangatlah tidak sesuai mana mungkin Allah SWT menciptakan Nabinya sama dengan hewan lagi pula hewan tersebut tidak mampu pula untuk menjadi Khalifah. Sanggahan selanjutnya jika manusia tersebut berasal dari monyet maka musnahlah seluruh monyet-monyet pada masa sekarang ini karena telah berubah menjadi manusia, namun jelas monyet pun masih banyak hidup di masa sekarang. 
Ø  Filsafat
Menurut pandangan filsafat, teori evolusi pada dasarnya segala sesuatu bersifat tetap dan berubah. Segala sesuatu itu mengalami perubahan, tiadalah di dunia ini yang tidak mengalami perubahan, namun pendapat ini hanya separuh dunia separuh lagi punya pendapat bahwa segala sesuatu bersifat tetap. Masing-masing dari sifat itu mempunyai tokohnya tersendiri. Tetap dianut oleh Permenides dan yang berubah yaitu Heraclitos.
Berdasarkan teori Evolusi Darwin tersebut yaitu dasar filsafat merupakan segala sesuatu mengalami perubahan. Tidak ada di dunia ini yang tidak mengalami perubahan yang merupakan separuh dunia itu, sedangkan separuh dunia yang lain adalah segala sesuatu itu bersifat tetap. Masing-masing memiliki tokoh-tokoh tersendiri. Berubah tokohnya Heraclitos dan tetap tokohnya Permenides. Maka dari itu sebenar-beanarnya hidup adalah interaksi antara yang tetap dan tidak tetap atau berubah. Contohnya adalah diri kita masing-masing, mulai lahir sampai sekarang kita adalah ciptaan Tuhan ini merupakan sisfat dari tetap itu, akan tetapi keadaan yang dari waktu ke waktu, yang  telah terjadi, yang tadi, beberapa hari yang lalu  pastilah berbeda, “aku yang tadinya lapar sekarang jadi kenyang”, “aku yang tadinya lemas menjadi berenergi” dan contoh-contoh yang lainnya yang merupakan bukti dari adanya mengalami perubahan itu.
Maka dari uraian beberapa cara pandang tentang teori penciptaan atau asal usul manusia dapat ditarik kesimpulan bahwa bagaimana pun berkembangya teori ilmu pengetahuan tentang asal usul manusia maka tetapkanlah itu hanya sebatas ilmu bukan untuk diyakini sebab jika itu menjadi keyakinan maka goyahlah keyakinan umat beragama yang dimiliki. Perlu diketahui bahwa budaya barat sangat berbeda dengan budaya timur seperti kita orang Indonesia,  budaya barat cenderung berfikir final dan tertutup sedangkan budaya timur cenderung berpikir terbuka atau olen ended. Sehingga disinilah diperlukan fondasi yang kokoh dalam beragama supaya tidak tergoyahkan oleh pengaruh ilmu pengetahuan yang kepastiannya berubah sesuai dengan hasil riset yang ada.
3.    Ricky Antonius L
Pertanyaan:
     Kalau dogma yang kita terima secara utuh  yah pak, kita kaitkan dengan ilmu fisika yang mengaplikasikannya sehingga terdapatlah teori pembentukan alam semesta yaitu teori Big Bang menjadi teori yang kita pelajari namun buktinya masih belum jelas secara keseluruhan namunteorinya telah dipelajari secara menyeluruh. Bagaimana kita menyikapi hal ini pak?
#catatan tambahan#
  Ledakan Dahsyat atau Dentuman Besar (bahasa Inggris: Big Bang) merupakan sebuah peristiwa yang menyebabkan pembentukan alam semesta berdasarkan kajian kosmologi mengenai bentuk awal dan perkembangan alam semesta (dikenal juga dengan Teori Ledakan Dahsyat atau Model Ledakan Dahysat). Berdasarkan permodelan ledakan ini, alam semesta, awalnya dalam keadaan sangat panas dan padat, mengembang secara terus menerus hingga hari ini. Berdasarkan pengukuran terbaik tahun 2009, keadaan awal alam semesta bermula sekitar 13,7 miliar tahun lalu, yang kemudian selalu menjadi Referensi sebagai waktu terjadinya Big Bang tersebut. Teori ini telah memberikan penjelasan paling komprehensif dan akurat yang didukung oleh metode ilmiah beserta pengamatan.
Teori ledakan dahsyat berawal pada tahun 1912 oleh Vesto Slipher, Sepuluh tahun kemudian, Alexander Friedmann melanjutkan teori tersebut lalu pada tahun 1924, pengukuran Edwin Hubble akan jarak nebula spiral terdekat menunjukkan bahwa ia sebenarnya merupakan galaksi lain. Georges Lemaître kemudian secara independen menurunkan persamaan Friedmann pada tahun 1927 dan mengajukan bahwa resesi nebula yang disiratkan oleh persamaan tersebut diakibatkan oleh alam semesta yang mengembang.
Pada tahun 1931 Lemaître lebih jauh lagi mengajukan bahwa pengembangan alam semesta seiring dengan berjalannya waktu memerlukan syarat bahwa alam semesta mengerut seiring berbaliknya waktu sampai pada suatu titik di mana seluruh massa alam semesta berpusat pada satu titik, yaitu "atom purba" di mana waktu dan ruang bermula.
Mulai dari tahun 1924, Hubble mengembangkan sederet indikator jarak yang merupakan cikal bakal tangga jarak kosmis menggunakan teleskop Hooker 100-inch (2,500 mm) di Observatorium Mount Wilson. Hal ini memungkinkannya memperkirakan jarak antara galaksi-galaksi yang pergeseran merahnya telah diukur, kebanyakan oleh Slipher. Pada tahun 1929, Hubble menemukan korealsi antara jarak dan kecepatan resesi, yang sekarang dikenal sebagai hukum Hubble. Lemaître telah menunjukan bahwa ini yang diharapkan, mengingat prinsip kosmologi.
Semasa tahun 1930-an, gagasan-gagasan lain diajukan sebagai kosmologi non-standar untuk menjelaskan pengamatan Hubble, termasuk pula model Milne, alam semesta berayun (awalnya diajukan oleh Friedmann, namun diadvokasikan oleh Albert Einstein dan Richard Tolman) dan hipotesis cahaya lelah (tired light) Fritz Zwicky.
Setelah Perang Dunia II, terdapat dua model kosmologis yang memungkinkan. Satunya adalah model keadaan tetap Fred Hoyle, yang mengajukan bahwa materi-materi baru tercipta ketika alam semesta tampak mengembang. Dalam model ini, alam semesta hampirlah sama di titik waktu manapun.
Model lainnya adalah teori ledakan dahsyat Lemaître, yang diadvokasikan dan dikembangkan oleh George Gamow, yang kemudian memperkenalkan nukleosintesis ledakan dahsyat (Big Bang Nucleosynthesis, BBN) dan yang kaitkan oleh, Ralph Alpher dan Robert Herman, sebagai radiasi latar belakang gelombang mikro kosmis (cosmic microwave background radiation, CMB). Ironisnya, justru adalah Hoyle yang mencetuskan istilah big bang untuk merujuk pada teori Lemaître dalam suatu siaran radio BBC pada bulan Maret 1949.

Pembahasan:
Asal-usul teori baru bisa diterima karena adanya buku tentang teori tersebut, sponsorship manfaat dan sebagainya. Teori Big Bang itu bermanfaat tapi jika dikaitkan dengan spriritual  bagaimana pun kita sebagi umat beragama punya keyakinan tersendiri tentang penciptaan alam semesta. Maka dari itu ambillah saja teori tersebut sebagai ilmu pengetahuan namun bukan untuk diyakini.
Dalam filsafat jelas bahwa adanya objek filsafat yaitu yang ADA dan yang MUNGKIN ADA itu. Semua merupakan wadah berisi, semua yang dipikirkan itu adalah wadah namun yang bisa disebut itulah isinya. Misalnya rambut itu hitam namun sampai kiamat pun tidak akan mungkin sama bahwa hitam itu adalah rambut karena rambut merupakan subyek sendangkan hitam itu salah satu sifat yang menjadi predikat dari rambut itu.
            Dalam cara pandang dunia filsafat ada dua istilah yang dikenal yaitu fatal dan vital. Fatal adalah orang yang hanya mengandalkan hidupnya dari takdir sedangkan Vital adalah orang yang tidak percaya kepada doa dan hanya mengandalkan ihtiar saja dalam pencapaian target hidup atau dalam mengarungi kehidupan ini. Fatal berbicara mengenai akherat sedangkan vital berbicara tentang dunia. Maka sebenar-benar hidup adalah interaksi antara fatal dan vital. Bersikap fatal dengan berserahdiri kepada Allah SWT dengan cara  berdoa dan bersikap vital dengan senantiatasa berusaha dan berikhtiar semaksimal mungkin. Berusahalah seakan-akan kamu akan hidup 1000 tahun lagi, serta berdoalah seakan-akan kamu akan masti besok. 
4.    Atik Lutfi Ulian Ni’mah
Pertanyaan:
       Berkaitan dengan takdir pak, ada beberapa takdir yang telah ditetapkan oleh Allah SWT salah satunya adalah kematian. Cara atau penyebab kematian orag berbeda-beda ada yang bunuh diri, ada yang dibunuh, ada yang kecelakaan dan sebagainya. Yang menjadi pertanyaan saya pak terkait perihal bunuh diri itu, apakah ini merupakan ketetapan Tuhan sehingga orang yang bersangkutan melakukan hal tersebut sehingga amal dan perbuatanya jadi sia-sia?
Pembahasan:
       Cara pandang berdimensi yang dipandang juga berdimensi kemudian diinteraksikan dengan sisi spiritual. Jelaslah kiranya dalam filsafat takdir itu sesuatu yang sudah terjadi karena pikiran manusia terbatas atas apa yang di olah pikirnya. Namun pada sisi spiritual takdir dibagi atas tiga yaitu kelahiran, jodoh, dan matinya seseorang.  Berkaitan dengan takdir yang telah ditetapkan oleh Allah SWT ada yang bisa di ubah oleh manusia dengan cara ikhtiar ada pula yang sudah pasti maka hanya Allah SWT Maha Mengetahui dan Maha Berkehendak segala sesuatu. Maka dari itu lakukanlah yang terbaik selagi masih hidup di dunia ini.
5.    Ricky Antonius L
Pertanyaan:
Bagaimana kalau orang poligami pak  yang istrinya ada 4. Apakah yang dipikirannya itu memang hanya satu istrinya atau ke semuanya itu ada dalam pikirannya dan bagaimana dengan contoh-contohnya?
Pembahasan:
Dalam pikiran hanya ada satu wadah yaitu istri namun isi dari wadah tersebutlah yang berisi 4 kemudian yang masing-masing punya contoh-contohnya. Yang pertama dengan contonya tersendiri, kedua dengan contohnya tersendiri ebgitu pula seterusnya.
6.    Azmi Yunianti
Pertanyaan:
Apakah filsafat itu berpantangan dengan motivasi atau motivator? Karena tadi telah disebutkan bahwa segala sesuatu itu sudah ditentukan oleh Tuhan tapi motivasi itu punya target untuk berubah.
Pembahasan:
          Segala sesuatu diciptakan itu berpasang-pasangan dan masing-masing mencari jodohnya. Setiap yang ADA dan MUNGKIN ADA itu adalah tesis dan selain yang ada itu antitesisnya. Contohnya jika diriku adalah tesis aka selain diriku itu termasuk kamu, dia mereka termasuk antitesisnya. Ketetapan dalam agama itu tesis maka antitesisnya adalah ikhtiar. Tesisnya fatal maka antitesisnya potensi, maka motivator itu mengembankan potensi-potensinya agr manusia berpotensi maka sebenar-benar hidup adalah berkembangnya suatu potensi, berubahnya suatu potensi dari ADA menjadi PENGADA melalui MENGADA, maka segala sesuatu berubah di ikhtiarkan denga dibarengi keikhlasan karena tanpa keikhlasan semuanya akan sia-sia. Kalau kita lihat di dunia ini ada bermilyar-milyar keikhlasan misalnya proses pembuatan kaca mulai dari bahan mentahnya, diolah, dijual, diantar oleh driver kemudian sampailah ke tangan konsumen. Jadi yang namanya keihlasan adalah terwujudnya PENGADA /WADAH dari yang ada  menjadi MENGADA.  Sehingga dapat disimpulkan bahwa motivator dan filosofer tidaklah bertantatangan melainkan selaras dan terangkum perbedaannya hanya dari segi pengolahan ikhtiarnya, filosofer lebih mengkaji dari berbagai aspek kemudian direfleksikan di berbagai cabang-cabang ilmu seperti psikologi, matematika dan ilmu lainnya sedangkan motivator lebih kepada aspek kontrol dan kendali dengan perencanaan-perencanaan berstruktur.
7.    Fitriani
Pertanyaan:
          Assalamualaikum wr.wb. Saya mau menanyakan tentang kontradiksi pak. Bagaimana mensinergikan apa yang ada dalam pikiran dengan apa yang ada di hati supaya tidak menimbulkan penyesalan atau kontradiksi-kontradiksi dalam diri setelah apa yang telah kita lakukan itu tidak menimbulkan penyesalan-penyesalam dalam diri?
Pembahasan:
Walaikumsalam wr.wb. Kodrat sunnatullah yaitu adalah takdirnya, takdir yang  ditemukan hukumnya itu oleh Imanuel Khan bahwa isi tidak sama dengan wadahnya walaupun wadah sekaligus isi dan isi sekaligus wadah tetapi isi tidak selalu sama dengan wadahnya. Contohnya telah disebutkan bahwa rambut berwarna hitam, hitam itu isinya sedangkan wadahnya itu adalah rambut. Itulah yang disebut dengan kontradiksi dalam filsafat yang merupakan prinsip pertama filsafat.
Prinsip yang kedua adalah prinsip identitas, yaitu A = A itu hanya terjadi di dalam pikiran, karena dalam pikiran terbebas dari ruang dan waktu. Tapi jika diucapkan maka A yang diucapkan pertama berbeda dengan A yang diucapkan yang kedua, A yang pertama di sebutka pada musim penghujan sedangkan A yang kedua musim kemarau jadi A yang pertama gemuk sedangkan A yang kedua kurus. Sehingga sampai kapanpun A tidak akan sama dengan A jika telah disebutkan. Oleh karena itu manusia selalu diwarnai dengan kontradiksi-kontradiksi. Dari dalam diri pun terjadi pula kontradiksi, pertempuran antara oksigen dan darah merah serta makanan yang telah kita makan yang bercampur baur sehingga menciptakan keringat beserta tenaga dan energi untuk beraktifitas. Maka kita mesti bersyukur karena adnya kontradiksi itu.
Dari sekian banyaknya kontradiksi-kontradiksi yang terjadi, sekarang yang jadi masalah adalah kontradiksi yang seperti apa yang produktif dan kontra produktif. Setelah mengalami kontradiksi selanjutnya kita lihat kedudukan dari kontradiksi itu, ada dimana (lokasinya), isi atau wadah yang mana yang mengalami kontradiksi. 
 Semakin rendah  posisi dalam predikat maka semakin tinggi kontradisinya
Semakin tinggi posisi dalam predikat maka semakin rendah kontradiksinya
Semakin...makin..makin tinggi tinggi... maka semakin kecil kontradiksinya
Semakin...semakin....sampai yang paling tinggi kekuasaaan yaitu Tuhan Alam Semesta disana tidak akan ditemukan kontradiksi.. Absolutly 0 % Tuhan tidak mengalami kontradiksi
Karena sesuangguhnya Tuhan tidak mengalami kontradiksi melainkan makhluknyalah yang mengalami kontradiksi. Bagi adik kita, kita itu tidak mengalami kontradiksi namun bagi kita adik itu penuh dengan kontradiksi. Kita sebagai wadah mempunyai sifat, dari sekian banyaknya sifat yang kita miliki sehingga menurut kita adek itu penuh dengan kontradiksi. Dari milyaran sifat yang mengalami kotradiksi maka orang jawa punya solusi “ngono yo ngono ning ojo ngono” yang berarti begitu yah begitu tapi jangan begitu, A yah A tapi jangan A, yang satu wadah yang satu isi, boleh minum (wadahnya) tapi jangan berdiri (isinya). 
Selanjutnya bagaimana dengan hati kita.?
Ilmu dan pengetahuan itu pada dasarnya terbentuk dari kontradiksi. Pengetahun itu ada karena adanya pertarungan antara tesis dan antitesis sehingga membentuk sintesis. Pertarungan antara pengetahuan lama dengan pengetahuan baru, pendapat yang satu dengan pendapat lainnya, tokoh yang satu deng tokoh yang lainnya dan seterusnya. Maka perbesarlah kontradiksi-kontradiksi itu sehingga menimbulkan sistesis pengetahuan baru yang berguna. Namun, sebesar-besarnya kontradiksi yang terjadi jangan sampai kontradiksi itu turun ke hati. Menurut mbah Kyai jika kontradiksi itu turun ke hati, sedihnya di hati galaunya di hati maka itu pertanda adanya seekor setan mengusiknya. Maka cara satusatunya untuk menyembuhkan kontradiksi yang ada di hati yaitu kembali ke jalan Allah SWT karena hanya Allah SWT yang mampu menyembuhkannya. Sehingga jika muncul kontradsi seperti keraguan, penyesalan, kekecewaaan, ketidakpuasan dan lain-lain yaitu dengan berdoa kepada Allah SWT memohon pertolongan-Nya. Setinggi-tinggi doa adalah dengan menyebut namaNya, namun kita sebagai orang awam harus belajar lebih dalam kepada orang-orang yang lebih berpengalaman dan berilmu lebih. Salah satu tips pula untuk terhindar dari godaan syaitan yaitu dengan tidak memberikan kesempatan bagi setan tersebut untuk menggoda kita maka penuhilah setiap detik, menit, langkah dan aktifitas dengan berdoa kepada Alah SWT.
Mengkaji permasalahan-permasalahan yang ditemukan dengan pandangan filsafat ternyata sangat menarik, mendalam serta penuh dengan makna jika pengkajiannya ditelurusi dari berbagai aspek dari filsafat itu. Marilah kita memperdalam ilmu dan banyak mengkaji persoalan-persoalan yang dihadapi dengan olah pikir filsafat. Semoga bermanfaat.
Wassalamualaikum wr.wb

0 Response to "Answering Questions with the Perspective of Philosophy"