Latest News

OLAH PIKIR FILSAFAT



Refleksi 1: Mata Kuliah Filsafat Ilmu
OLAH PIKIR FILSAFAT
Sumber : Refleksi Perkuliahan Filsafat Ilmu oleh Prof. Dr. Marsigit, M.A
Pada kuliah perdana Pascasarjana Pendidikan Matematika Kelas A di hari selasa tanggal 08 September 2015 pukul 11.10 s.d. 12.50 di ruang 305B Gudung lama Pascasarjana UNY.
            Filsafat ilmu adalah olah pikir yang dilakukan oleh manusia sebagai insan Tuhan yang dapat mengolah sebuah informasi dalam olah pikirnya. Pokok-pokok, prinsip-prinsip dan atatcara atau bahasa spiritualnya adab mempelajari filsafat itu terbagi atas beberapa alur. Alur olah pikir dalam filsafat yaitu sebagai berikut:

 


Untuk menemukan jawaban atas pertanyaan diatas maka bacalah dengan seksama tulisan-tulisan dibawah ini. Pembagian atau klasifikasi poinnya tidak sesuai dengan susunan bagan di atas tapi jika teliti membacanya akan menemukan jawaban yang dicari. Disebabkan karena belajar filsafat itu adalah “membaca”. Jika ingin belajar filsafat maka membacalah. Seperti yang dijelaskan firman Allah SWT dalam surah pertama yang diwahyukannya kepada Nabi Muhammad SAW yaitu surah Al-Alaq ayat 1-5 yaitu yang artinya:


1. bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,
2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
4. yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam[1589],
5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

Aspek Filsafat
Dalam mempelajari filsafat tidak terlepas dari tiga aspek yang mesti dipahami yaitu sebagai berikut:
Ø  Ontologi (hakekat)
Objek formal ontologi adalah hakekat realitas. Bagi pendekatan kuantitatif marematik realitas tampil dalam kuantitas atau jumlah; telaanya akan menjadi monisme, paralelisme, atau pluralisme. Bagi pendekatan kuantitatif, realitas akan tampil menjadi aliran-aliran materialisme, idealsme, naturalisme, dan phylomorphisme.[1]
Ø  Epistemologi (metodologi)
Epistemologi berupaya mencari kebenaran (truth) berdasar fakta. Kebenaran yang dibangun dengan logika dan di dahului oleh uji konfirmasi tentang data yang dihimpun. Epistemologi berupaya menghimpun empiri yang relevan untuk dibangun secara rasional menjadi kebenaran ilmu.[2]
Ø  Estetika (kepantasan/benar salahnya)
Estetika adalah kepantasan suatu teori dalam sebuah kajian filsafat. Estetika ini berkaitan dengan benar atau salahnya, pantas atau tidak pantas, dan sesuai atau tidak sesuai kah teori tersebut
Namun, mempelajari filsafat ilmu lebih menekankan pada aspek epistimologinya atau metodologinya. Akan tetapi ketiga aspek yang disajikan diatas tidak dapat dipisahkan antara yang satu dengan yang lainnya, jika salah satunya dipelajari maka yang lainya dipelajari pula.
Adab Filsafat Ilmu
Adab atau tatacara mempelajari filsafat ilmu dibagi atas dua aspek dalam mempelajarinya yaitu sebagai berikut:
1.  Spiritual
Setinggi-tingginya ilmu adalah spiritualitas. Seperti keikhlasan, karena lunaknya sebuah keikhlasan sehingga tidak ada seorng pun yang tahu bahwa apakah dirinya sudah ikhlas dalam tindakannya atau belum, yang tahu hanyalah Tuhan pencipta Alam Semesta.
Untuk mempelajari filsafat ilmu jika ditarik lebih dalam maka jadilah filsafat dan dengan sendirinya ilmu yang akan dipelajari mengikutinya, agar tidak salah persepsi mempelajari filsafat sebab membalikkan tangan juga termasuk filsafat sebab filsafat itu olah pikir. Jangan sampai orang berpikir filsafat seperti sebuah puisi main layangan berikut
terbang jauh bergoyang-goyang
tertiup angin utuslah benang
dikejar sampai pulau seberang
pupus sudah dan hilang harapan
puisi diatas memberikan gambaran kepada kita bahwa dalam mempelajari filsafat itu tidaklah mengikuti arus sampai hilang arah. Dalam mempelajari filsafat mempunyai batasan-batasan tertentu atau koridor tertentu. Koridor yang paling tinggi sekaligus membawai dan mendasari filsafat ilmu yatu koridor spiritual maka dengan mengembarakan pikiran kita masing-masing dibuatlah pagar atau pembatas. Pagar yang dimaksud yaitu spiritualitasnya masing-masing individu sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing individu.
            Jadi untuk mempelajari filsafat ilmu maka tetapkanlah, kokohkanlah, tegakkanlah  terlebih dahulu spiritualitas masing-masing individu yang bersangkutan tanpa terkecuali. Agama apapun yang menjadi keyakinan yang dianut baik itu berupa Islam, Kristen, Hindu, Budha dan lain sebagainya harus memperkokoh keyakinan agamanya. Hal ini merupakan adab yang paling utama dan yang paling pertama, sebab dari segala sebab kausa prima Tuhan sang pencipta alam semesta. Kausa filsafat yang telah dipelajari merupakan sebab akibat yang telah direduksi atau diturunkan di muka bumi ini.
2.  Psikologi
Adab yang kedua ialah belajar sambil mematangkan atau memantapkan diri dari aspek psikologi. Aspek psikologi meliputi kesabaran, ketelatenan, keuletan, daya juang dan seterusnya. Dari dalam diri seseorang aspek psikologi yang terbentuk yaitu belajar orang dewasa. Akan tetapi sering dijumpai bahwa banyak orangtua tapi bulum dewasa, berbeda halnya dengan di luar negeri, anak yang telah beranjak usia smp sudah dianggap mandiri dan dewasa secara pemikiran dan telah mampu mengambil keputusan bagi dirinya sendiri. Hal ini terjadi karena kebanyakan dari orang kita terlalu dimanjakan oleh keadaan. Salah satu bentuk atau cerminan dari kedewasaan yaitu berani bertanggung jawab atas perbuatan yang telah dilakukannya. Seperti jika seseorang katahuan berduaan berlainan jenis kelamin dan kemudian diputuskan oleh hukum adat untuk menikah maka hendaklah menikah sebagai bukti tanggung jawabya atas kedewasaannya. Berani melakukan berani bertanggung jawab.
Referensi
            Referensi dalam mempelajari filsafat yaitu segala yang ada dan yang mungkin tidak ada yang kemudian menjadi objek filsafat. Alam semesta merupakan laboratorium filsafat. Segala sesuatu yang hidup aupun yang tidak hidup merupakan objek kajiannya. Kehidupan dunia serta akhirat merupakan objek dari filsafat tersebut. Sehingga untuk mempelajari filsafat maka bacalah segala sesuatu baik itu berupa buku atau tulisan-tulisan di kertas, kejadian yang terjadi disekitar, fenomena alam serta interaksi sehari-hari dengan sesama makhluk Tuhan yang Maha Esa merupakan referensi belajar filsafat yang sebenarnya. Setiap makhluk hidup merupakaan bacaan bagi makhluk hidup yang lainnya, akan tetapi dari sejumlah makhluk yang diciptakan Tuhan Yang Maha Esa hanyalah manusia yang sempurna dan mampu merefleksikan apa yang dibacanya.
Alat Filsafat
            Alat yang digunakan untuk berfilsafat atau pun merefleksikan filsafat itu adalah bahasa analogi. Akan tetapi sejauh apapun logika manusia dalam memikirkan dan membaca alam semesta tetaplah mempunyai batas yang telah ditetapkan Ilahi. Sehebat-hebatnya manusia, setinggi-tinggi ilmu yang didalaminya, secanggih-canggih teknologi yang diciptakan kemuadian digunakannya tetaplah ada batas yang tidak bisa dilampaui yaitu hakikat ketuhanan. Semakin dalamnya olah pikir dalam pikiran otak manusia itu dalam mencari hakikat ketuhanan yang sebenarnya walau sampai ujung dunia tidak akan menemukan jawaban yang konkrit dan nyata. Maka oleh sebab itu diciptakanlah hati nurani untuk meyakini hakikat Tuhan Pencipta Alam Semesta dengan mensilogiskan dengan pikiran atas ciptaannya yang berlimpah maka itulah perpaduan yang sempurna.
Sekian dan Terima Kasih. Wassalamualaikum Wr.Wb.


[1] Noeng Muhadjir, Filsafat Ilmu Ontologi, Epistemologi, Axiologi First Order, Second Order & Third Order of Logics dan Mixing Paradigms implementasi Methodologik, ed. IV (Yogyakarta: Rake Sarasin, 2011) , h.64.
[2] Noeng Muhadjir, Filsafat Ilmu Ontologi, Epistemologi, Axiologi FirstOrder, Second Order & Third Order of Logics dan Mixing Paradigms implementasi Methodologik, ed. IV)., h.63.

0 Response to "OLAH PIKIR FILSAFAT"