Refleksi
2 : Filsafat ilmu
Yang
ada dan yang mungkin ada itu.....
Sumber : Refleksi
Perkuliahan Filsafat Ilmu oleh Prof. Dr. Marsigit, M.A
Pada pertemuan ke-2
Pascasarjana Pendidikan Matematika Kelas A di hari selasa tanggal 15 September
2015 pukul 11.10 s.d. 12.50 di ruang 305B Gudung lama Pascasarjana UNY
Pada
pertemuan sebelumnya telah dibahas bahwa objek filsafat adalah segala sesuatu
yang ada dan yang mungkin ada. Maksud dari kedua unsur
objek tersebut itulah yang akan dibahas pada pertemuan ini. Unsur ada pada objek filsafat telah jelas
bahwa segala sesuatu yang kita ketahui, yang kita telah lihat atau amati, serta
yang kita pikirkan yang kemudian dapat kita jelaskan dan refleksikan secara
jelas. Sedangkan unsur yang kedua dari objek filsafat yaitu yang mungkin ada, maksud dari unsur
objek filsafat yang kedua ini adalah segala sesuatu yang belum terjadi, masih
bersifat abstrak, dan belum pasti seperti kejadian besok pagi di masa yang akan
datang dan kejadian di masa lampau. Kejadian di masa lampau penafsiran bagi
setiap individu berbeda. Kejadian di masa lampau bisa ada pada diri seseorang namun pada diri yang lain belum tentu
adanya. Namun yang belum tentu ada tersebut bisa menjadi berubah menjadi ada jika
informasi yang dapat membuatnya ada telah di input dalam pikiran kita. Terkait
dengan dunia pendidikan hakekat filsafat mengadakan yang mungkin ada itu
terkait dengan metode pembelajaran yang diterapkan oleh pendidik kepada peserta
didiknya misalnya metode pembelajaran langsung, metode pembelajaran diskusi dan
sebagainya. Metode pembelajaran tersebut diterapkan agar dapat membantu siswa
memahami pelajaran di sekolah, terutama mata pelajaran matematika.
Pada mata pelajaran matematika di sekolah yang kita
ketahui sukar untuk dipahami seharusnya pendidik menerapkan ilmu filsafat yaitu
ada dan mungkin ada ini. Jika konsep ilmu matematika ini diterapkan guru
maka siswa tidak akan merasakan ilmu itu mengalir dan dipahami secara lembut.
Inilah anugrah yang diberikan Tuhan Yang Maha Kuasa kepada manusia. Dapat kita
bandingkan dengan teknologi yang diciptakan manusia. Jika ingin memasukkan data
menjadi suatu file diperlukan sentuhan bahkan ketikan. Namun untuk memangadakan
ada bagi manusia bahkan tanpa perlakuan apapun bisa masuk di pikirannya.
Seperti itulah kelembutan ilmu bagi manusia.
Namun,
sisi positif yang dapat kita tarik dari adanya ada dan mungkin ada ini bahwa
kita sebagai manusia itu sangatlah terbatas. Janganlah sombong akan ilmu yang
dimiliki sebab tingginya ilmu pasti masih ada ilmu lagi yang belum kita
ketahui.
Problematika
Filsafat
Problematika dalam mempelajari filsafat dibagi atas dua
macam yaitu diluar pikiran dan di dalam pikiran. Problematika filsafat yang
berada diluar pikiran yaitu jika ilmu itu masih ada di luar pikiran maka yang
menjadi permasalahannya adalah bagaimana engkau dapat mengertinya.
Sedangkan
problematika filsafat yang berada didalam pikiran yaitu jika ilmu itu telah
berada di dalam pikiran maka yang jadi permasalahannya adalah bagaimana cara
untuk menjelaskannya. Jika ilmu yang ada di dalam pikiran dapat kita jelaskan
dengan sempurna maka itulah ilmu yang sebenarnya namun untuk menyempurnakan
penjelasan maka itu tidak akan mungkin terjadi, sebab kesempurnaan ilmu hanya
milik sang Pencipta, manusia hanya mampu menuju arah kesempurnaan namun untuk
sampai itu merupakan hal yang mustahil baginya. Bahkan diri kita sendiri tidak
ada yang mampu semua karakter ataupun sifat yang kita miliki. Bahkan kita tidak
akan pernah tuntas untuk mengetahui siapa diri kita sendiri. Maka sebenar-benar
diri kita tidak akan sama dengan nama yang kita miliki sebagai predikat bagi
diri kita. Hal ini merupakan hukum alam bahwa hidup itu tidak konsisten dalam
kekonsistenannya.
Prinsip
Berfikir
Prinsip berpikir dalam filsafat didasari kepada seorang
tokoh yang bernama Imanuel Khan mengungkapkan bahwa:
1. Prinsip
kontradiksi, prinsip kontradiksi adalah prinsip yang menyatakan bahwa subjek
tidak akan pernah sama dengan predikatnya. Seperti contoh bahwa “rambut itu
hitam” statemen ini dapat di terima oleh semua orang namun untuk menyamakan
bahwa hitam itu sama dengan rambut maka hal tersebut merupakan kontradiksi dan
tidak dapat diterima, karena rambut yang berperan sebagai subjek memiliki
banyak predikat yang menyertainya. Kita sebagai manusia yang berperan sebagai
subjek pun demikian, memiliki predikat yang banyak sampai diri kita pun tidak
mengetahui semuanya. Di dunia ini hanya Tuhan lah yang memiliki predikat sesuai
dengan namanya.
2. Prinsip
identitas, dalam prinsip identitas yang telah kita pelajari dalam dunia
matematika sering kita dapati bahwa A=A. Namun dalam sudut pandang filsafat A ≠
A, perbedaan dari keduanya ditinjau dari ruang dan waktu. A yang pertama
ditulis atau pun disebutkan diucapkan pertama di waktu yang berbeda dengan A
yang kedua. Hal ini mengajarkan kita tentang konsep ruang dan waktu, perbedaan
dari segi inilah membuatnya berbeda.
Setelah
mempelajari dan memahami kedua prinsip berfikir dalam filsafat selanjutnya
adalah filsafat matematika. Dalam filsafat matematika yang sesungguhnya, induk
dari segala induk yaitu ada dua saja yakni:
Ø Aritmatika,
kajian ilmu tentang aritmatika itu sendiri adalah kajian tentang waktu. Seperti
contoh analogi intusi sebagai berikut ”ketika
aku melihat engkau aku masih teringat akan dirinya” hal ini merupakan
double intuisi yang terjadi yaitu yang melihat engkau dan teringat dirinya.
Begitulah cara filsafat memaknai aritmatika dalam ilmunya. Jika dituangkan
dalam ilmu hitung dalam matematika sebagai berikut:
Misalkan x = 2 (sebagai intuisi pertama)
Maka ax2 + bx + c = a22
+ b2 + c (sebagai intuisi kedua)
Ketika mengerjakan soal-soal seperti
diatas maka insuisi-intuisilah yang digunakan untuk melanjutkan intuisi
berikutnya.
Ø Geometri,
kajian tentang geometri itu sendiri adalah kajian mengenai ruang. Ruang dalam
geometri mencakup ilmu geometri itu sendiri, bangun-bangun yang dapat diukur
entah itu merupakan bagun ruang ataupun bangun datar.
Ø Gabungan,
gabungan merupakan cabang-cabang dari pengkombinasian dari kedua ilmu diatas
seperti trigonometri, aljabar dan
sebagainya.
Matematika
yang diturunkan ke bumi dituangkan menjadi program komputer dengan rumus
formulasi A = A + 1, jika diimput A maka akan menghasilkan A + 1. A yang
pertama tidak sama dengan A yang kedua sebab A yang kedua telah diproses dan
tambahan 1 itu. Inilah sebagai ilmu bagi kita bahwa adanya proses.
Tokoh
utama dalam Filsafat
Tokoh utama
dalam filsafat yang berperan dalam sebuah pemilihan pandangan adalah Plato dan
Aristotoles. Kedua tokoh ini memiliki cara pandang yang berbeda dalam memaknai
sesuatu. Cara pandang kedua tokoh tersebut yaitu sebagai berikut:
·
Plato
Tokoh
Plato menganut aliran menganggap ada sesuatu hal walau wujudnya tidak ada di
depan mata tapi ada dalam pikiran.
·
Aristoteles
Tokoh
Aristoteles menganut aliran bahwa segala sesuatu yang tak terlihat atau
wujudnya tak ada maka dinggap tidak ada.
Namun, ada tokoh yang
mendamaikan kedua tokoh tersebut yaitu Immanuel Khan yang menjadi tokoh
penting.
Good reflection
BalasHapus