Latest News

Menembus Ruang Dan Waktu



Refleksi Ke-6 : Mata Kuliah Filsafat Ilmu

Menembus Ruang Dan Waktu
Fitriani, S.Pd
15709251067
PPs Prodi Pendidikan Matematika A 2015


Assalmualaikum wr.Wb

Pada pertemuan ke-6 Perkuliahan Filsafat Ilmu dengan dosen pengampu Prof. Dr. Marsigit, M.A. di  hari Selasa tanggal 20 Oktober 2015 pukul 11.10 s.d. 12.50 di ruang 305B Gedung lama Pascasarjana pada awal pertemuan diawaladi dengan doa menurut agama dan kepercayaan masing-masing lalu kemudian dilanjutkan dengan tes jawab singkat dengan topik “Menembus Ruang dan Waktu” dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan Beliau yang terkait dengan Batu menembus ruang dan waktu. Setelah tes jawab singkat tersebut dilanjutkan dengan tanya jawab langsung dengan Beliau.

Pertanyaan pertama dari ibu Retno Kusuma Dewi:”Terkait dengan struktur batu yang menembus ruang dan waktu, saya memikirkan struktur batu itu terkait dengan 4 dimensi  yaitu material, normatif, formal, dan spiritual. Mengapa dalam tes filsafat menembus ruang dan waktu ini berbeda dari pemahaman saya?”

Jawaban dari Beliau Bapak Prof. Marsigit
Struktur yang telah disebutkan tadi hanyalah salah satus struktur dari bermilyar-milyar struktur pangkat semilyar yang tidak akan ada habisnya dari ADA dan yang MUNGKIN ADA. Struktur itu selain banyak, beragam jenisnya, juga berstruktur. Misalnya siang dan malam merupakan struktur dunia, yang sadar maupun tidak sadar kita tetaplah mengalaminya. Atas dan bawah itu juga merupakan struktur, kiri dan kanan itu juga struktur, jauh dan dekat itu pun merupakan struktur. Kenapa? karena berfilsafat itu  intensif (sedalam-dalamnya) dan ektensif (seluas-luasnya). Cuma kalau kita mengidentifikasi semua struktur maka tidak akan pernah selesai, maka dari itu kita hanya mengambil struktur yang istimewa, strategis dan potensial saja. 

Beliau Bapak Prof. Marsigit  juga menambahkan: dalam mempelajari filsafat yang efisien dan efektif yang bisa kita employee kembali ke material, normatif, formal, dan spiritual. Untuk menyadarkan diri kita. Maka sebenar-benarnya hidup yang terdiri dari milyaran struktur baik dari satu sampai seribu dari indikator baik dan buruk maka kita reduksi sebagai sebuah kesuksesan yang pada umumnya di kehidupan dewasa ini. Orang yang sukses dewasa ini misalnya mahasiswa mempunyai leptop, punya handphone dan sebagainya. Kesuksesan dewasa ini adalah anda yang lulus ujian maka kalau anda ingin sukses maka sopan dan santunlah terhadap ruang dan waktu. Maka dari itu seimbangkanlah antara yang diam dan tetap dengan menembus ruang dan waktu. Jaganlah terlalu khawatir dalam menembus ruang dan waktu, jangankan manusia, jangankan binatang, jangankan tumbuh-tumbuhan batu pun  yang hanya diam di tempatnya dapat dan mampu menembus ruang dan waktu. Sadar maupun tidak sadar batu pun mengikuti kalender. Yang menyadari hanyalah subjeknya. 

Bapak  Prof Marsigit kemudian memberikan tambahan bahwa: Maka yang jadi masalah dalam hidup ini adalah bagaimana kita punya keterampilan dalam menembus ruang dan waktu. Tes menembus ruang dan waktu sebagai contoh bahwa untuk menembus ruang dan waktu diperlukan pebendaharan kata yang banyak. Sebenar-benar dunia itu adalah bahasa. Maka filsafat bahasa atau filsafat analitik mengungkapkan bahwa dunia itu adalah kata-katamu maka sebenar-benar kata-katamu itulah menunjukkan duniamu, maka berhati-hatilah dalam berkata. Karena dunia di sisi spiritual, kata-kata adalah doa. Kata-katamu menujukkan spiritualitasmu. Maka berhati-hati pula kalau marah. Karena marah merupakan diterminis. Diterminis merupakan cara menembus ruang dan waktu yang salah. Maka perjuangan hidup yang benar adalah menembus ruang dan waktu secara bijaksana. Dalam menembus ruang dan waktu setiap orang dengan orang lain, setiap daerah dengan daerah lain berbeda-beda. Laki-laki dan perempuan pun berbeda cara menembus ruang dan waktu. 

Melalui tes menembus ruang dan waktu dapat memberikan kita pemahaman dalam menembus ruang dan waktu dengan mengintensiskan keterampilan. Seperti halnya batu, bilangan pun memiliki caranya tersendiri dalam menembus ruang dan waktu, misalnya filsafatnya bilangan, ontologisnya bilangan, abtraksinya bilangan, kepercayaannya bilangan, ragu-ragunya bilangan dan sebagainya. Namun perlu diperhatikan bahwa memahami bilngan berbeda dengan batu. Batu letaknya di luar pikiran sedangkan bilngan letaknya di dalam pikiran. 

Batu saja dapat digunakan untuk mensimulasikan menembus ruang dan waktu sudah bgitu mempunyai caranya sendiri. Artinya berfilsafat itu bisa berangkat dari sebuah batu, berangkat dari sebuah bilngan, berangkat dari sebuah manusia, dan seterusnya. Maka dalam filsafat, membangun dunia diperlukan keterampilan menembus ruang dan waktu. agar dapat menembus ruang dan waktu dengan baik, sesuai dengan maksud dan tujuan diperlukan pengetahuan permbendaharaan kata. Misalnya kepercayaan terlerak antara hubungan antara subjek dan objek. Antara wadah dan isi. Hubungan maksudnya menghubungkan antara yang di luar dan di dalam diri. Maka berfilsafat itu tidak rumit, semua pertanyaan telah ada tertera di Blog Beliau namun diperlukan ketelatenan untuk mampu mendalami maksud dari filsafat itu. Karena berfilsafat tidak seperti "mencari kerikil di halaman" yang langsung ditemukan begitu saja. Berfilsafat diperlukan ketelatenan dan kemprehensif.

Sebenarnya fungsi tes bukanlah hanya menguji pemahaman tapi juga mengadakan yang mungkin ada sehingga Anda menyadari bahwa ternyata “aku belum mengerti” itu penting. Karena sebenar-benar orang sobong adalah orang yang merasa mengerti padahal dia belum mengerti. Itulah sebenar-benar musuh filsafat. Memerangi diri sendiri lebih berat dari pada memerangi orang lain. Maka “Menyadari bahwa diriku telah mengerti ketidakmengertianku “ itu akan berguna. Orang pertama yang menyadari hal tersebut  adalah Socrates yang mengemukakakn "Ternyata aku tidak mengerti semuanya, bahkan tidak mengerti apapun"

Pertanyaan dari Evvy Lucyana: Bagaimana filsafat memandang kepercayaan kepada seseorang misalkan saya punya teman tetapi saya selalu tidak percaya terhadap teman saya itu. Bagamana filsafat memandang hal ini?

Jawaban dari Bapak Prof. Marsigit:
Percaya itu ada diluar dan di dalam, ada pada hubungan antara subjek dan objek. Jika kamu sebagai subjeknya maka diluar dar dirimu itu adalah objeknya atau sifat-sifatnya. Maka percaya di dalam hati naik di pikiran. Di dalam pikiran turun ke hati. Maka dalam berfilsafat mencari kepastian dan membuktikan kebenaran. Tetapi setelah kamu mencari kepastian maka disitulah kamu tertangkap oleh ruang dan waktu yang salah sebagai mitos. Kepercayaan sebagai mitos, kecuali kepercayaan itu sebagai keyakinanmu di hatimu. Mitos artinya sebatas yang dipikirkan. Itulah sebabnya filsafat membongkar kepastian itu dari pikiran ke hati sebagai fenomena yang ada. 

Rene Desrcates bermimpi dan tidak mampu membedakan antara mimpi dan bukan mimpi. Sampai meragukan semuanya. Sampai keyakinannya pun diragukan. Siapa yang bisa menjamin ini bukan mimpi. Di dalam mimpi ada siang dan malam. Satu-satunya kepastian yang tidak bisa dibantah adalah “aku sedang bertanya”. Berati aku ada karena aku berpikir “Cogito Ergo Sum”. Aku ada karena aku berkarya.

Doa itu kontinyu dan penuhilah adabnya Dan tata caranya. Semoga kita selalu mencerdaskan agar kita mampu menembus ruang dan waktu ke jalan yang sesuai. 

Wassalamualaikum wr.wb.

0 Response to "Menembus Ruang Dan Waktu "