Membangun Filsafat
dengan Menembus
Dimensi Ruang dan Waktu
Fitriani, S.Pd
15709251067
PPs Prodi Pendidikan Matematika A 2015
Assalamualaikum wr.wb
Pada pertemuan ke-7 Perkuliahan Filsafat
Ilmu dengan dosen pengampu Prof. Dr. Marsigit, M.A. di hari Selasa tanggal 27 Oktober 2015 pukul
11.10 s.d. 12.50 di ruang 305B Gudung lama Pascasarjana. Sama halnya dengan
pertemuan sebelumnya Beliau memulai pertemuannya dengan berdoa bersama menurut
agama dan kepercayaan masing-masing. Kemudian dilanjutkan dengan tes jawab
singkat dengan topik “Membangun Filsafat dengan Menembus Dimensi
Ruang dan Waktu” adapun bentuk-bentuk dari pertanyaan Beliau seperti
berikut:
Pertanyaan
1 dari Azmi Yunianti
Setelah beberapa kali mengikuti ujian filsafat, nilai yang saya dapatkan
memprihatinkan. Menjawab dengan berfikir saja salah, apalagi tidak? Sebenarnya apakah
sih yang salah dari saya pak, apakah karena fikiran saya atau bagaimana?
Jawaban
dari Beliau Bapak Prof. Marsigit M.A
Mendapatkan nilai yang jelek itu adalah
benar di dalam filsafat. Nilai yang jelek itu merupakan contoh dari Fallibilisme.
Fallibilisme adalah prinsip filosofis bahwa
manusia bisa salah. Istilah ini diambil dari kata latin abad tengah Fallibilis.
Konsep ini sangat penting bagi ilmu pengetahuan, ini dikarenakan ilmu
pengetahuan mencari validitas kebenaran. Karena itu mereka mengharapkan suatu
pengetahuan menjadi seakurat mungkin.[1]
Dengan
adanya paham tersebut memberikan pemaham kita sebagai pendidik ketika
mendapatkan “ANAK YANG MELAKUKAN KESALAHAN” merupakan “KEBENARAN DALAM FILSAFAT”
karena berdasarkan faham Fallibilisme tersebut Beliau Bapak Marsigit
menyebutkan bahwa “SALAH ITU BENAR DALAM FILSAFAT” jadi janganlah menyalahkan
anak jika salah dalam proses pembelajarannya karena kesalah merupakan kebenaran
dalam filsafat.
Terkait dengan nilai yang belum meningkat,
ini merupakan pertanda bahwa “Anda Masih perlu memperbanyak Bacaan” karena
dalam tes ini bukan hanya mengukur kemampuan tetapi sebagai pembelajaran bahwa
ternyata “MENYADARI BAHWA AKU BELUM FAHAM ITU PENTING”. Oleh karena itu agar
nilai dapat meningkat maka tingkatkanlah bacaan sehingga nantinya dapat
berfikir isomorfis dengan saya (Beliau Bapak Prof. Marsigit).
Berfikir isomorfis merupakan pemikiran yang
sepadan yang menggambarkan pemetaan satu-satu. Misalnya pemikiran seseorang mengatakan
bahwa di Indonesia ada Jakarta, di benua Kutub ada beruang merupakan contoh
pemikiran Isomorfis. Setiap orang dapat mengatakan apa yang difikirkannya
kecuali orang yang mabuk, pikun dan gila.
Tujuan
diadakannya tes filsafat adalah agar seseorang dapat rendah hati dalam bidang
keilmuan. Namun, perlu diketahun bahwa rendah hati tidak sama dengan rendah
diri. Rendah hati maksudnya adalah agar seseorang tidak merasa sombong dalam menuntut
ilmu. Ketahuilah bahwa “DI ATAS LANGIT MASIH ADA LANGIT”. Di dalam tingkatan
normatif pemikiran, ketika seseorang yang merasa sombong di dalam dirinya maka
seseorang tersebut telah terkena MITOS. Kerena setinggi-tingginya pemikiran
maka ancamannya adala MITOS. Kerena dalam berpikir seseorang mempunyai batas
yaitu Spiritual. Ada kalanya seseorang ketika berada dalam tingktan spiritual
maka pikiran seseorang harus terhenti dan
diturunkan ke hati, contohnya ketika proses ibadah. Proses ibadah yang dimaksud
terkhususnya adalah do’a. Doa yang diteruskan dari pemikiran yang terhenti akan
diteruskan ke hati sehingga akan diambil alih oleh Sang Maha Kuasa. Sebenar-benar
do’a adalah ketika kita tidak menyadarinya. Sebenar-benar filsafat adalah diri
kita sendiri.
Berdasarkan
pengalaman Beliau Bapak Marsigit yang telah itikaf di mesjid dibimbing oleh
para SUFI selama beberapa hari hanya untuk memperbaiki ibadah, tata cara
sholat, doa dan sebagainya sehingga Beliau dapat mengetahui bahwa ada fase
dimana pemikiran berhenti dan diteruskan ke hati. dan doa tersebut diambil alih
oleh sang Maha Kuasa. “Doa kok hitung-hitungan” doa merupakan harapan setiap
manusia dengan doa maka manusia memiliki harapan, sebenar-benar doa adalah
memohon ampun kepadaNya dan memanggil namaNya.
Pertanyaan
2 dari Evvy Lusiana
Bagaimana pandangan filsafat tentang pemimpin yang sesuai ruang dan waktu?
Jawaban
dari Beliau Bapak Prof. Marsigit M.A
Mengenai pemimpin berarti ada pemimpin dan
ada yang dipimpin termasuk struktur dunia yang lengkap berdimensi. Tingkatan
pemimpin lebih tinggi dibandingkan dengan tingkatan orang yang dipimpin. Pemimpin merupakan dewa bagi orang yang
dipimpin. Sehingga Logika Para Dewa berarti Logika Para Pemimpin. Contohnya “KAMU
MERUPAKAN DEWA BAGI ADEKMU DAN ADEKMU MERUPAKAN TRANSENDEN BAGI DIRIMU”. Sehingga
divisualisasikan dalam bentuk perwayangan atau cerita sehingga berbicara yang
berkaitan dengan Para Dewa pun sebenarnya juga berstruktur seperti ada Dewa Raja,
ada Dewa Prajurit, ada Dewa Perdana Menteri, ada Dewa Lurah dan seterusnya. Oleh
karena itu, masing-masing memiliki logika Para Dewa, kontradiksi Para Dewa, kesalahan
Para Dewa dan seterusnya.
Mengenai pemimpin yang sesuai dengan ruang
dan waktu yang baik berarti dapat dianalogikan sebagai hubungan antara subyek
dan predikat yang mempunya dimensi yang lebih tinggi. Pemimpin adalah subyek,
tugasnya sebagai pemimpin adalah predikat. Menjadi pemimpin yang baik harus memenuhi dimensi yang lebih tinggi maka
pikiran lebih luas dan dalam serta pengalaman yang lebih luas dan mendalam. Baik
secara fisik seorang pemimpin harus kuat. Secara formalnya, misalnya dengan
melanjutkan pendidikan S2 bagi pemimpin merupakan peningkatan dimensi untuk
menjadi pemimpin yang baik yang merupakan inditaor titik point peningkatan
dimensi.
Sebenar-benar hidup adalah peningkatan
dimensi menuju dimensi yang lebih baik. Manusia hidup menuju dimensi yang lebih
baik di garis yang lurus di siklik yang berputar. Pada perputaran siklik ada
fase dimana manusia lupa ketika telah lanjut usia dan kembali ke sifat
kekanak-kanakan. Hal ini berarti dalam setiap hari tidak berarti bahwa Anda
akan semakin hebat melainkan ada fase dimana Anda lupa. Fase siklik dari
kehidupan yang terluar adalah adalah spiritual. Fase siklik inilah yang tidak
dimiliki oleh negeri negeri Barat. Fase siklik negeri Barat merupakan diagram
lurus (open ended) yang memiliki ended yang terbuka sehingga tidak mengerti hidupnya
mau kemana ujungnya mau kemana dan tujuannya kemana.
Siklik terluar di negeri kita adalah
Spriritualitasme yang berpengang teguh pada keyakian masing-masing dan berbasis
serta dipayungi oleh spriritualisme masing-masing. Sehabt-hebat pikiran dan
sepusing-pusing pikiran maka berhentilah dan mulai mengambil air wudhu kemudian
sholat bagi umat muslim dan beribadah yang lain sesuai dengan keyakinan agama
masing-masing.
Sifat pemimpin dianalogikan sebagai
hubungan subyek dan predikat. Bagaimana seorang pemimping megeloha
sifat-sifatnya. Contohnya memiliki kulit sawo matang, berambut keriting, berbadan
kurus, dan seterusnya yang berjumlah semilyar pangkat semilyar lebih sifat yang
ada pada diri pemimpin, belum lagi sifat-sifat yang ada di luar diri pemimpin.
Maka sebenar-benar manusia adalah tidak ada
yang lengkap dan sempurna memiliki sifat. Misalnya penglihatan manusia yang
tidak lengkap merupakan sifat yang mesti disyukuri sebab jika manusia memiliki
penglihatan yang lengkap maka manusia tidak akan hidup dengan tenang bahkan
salalu pingsan jika memandang sesama. Sehingga sebenar-benar manusia memiliki
sifat determinis yang merupakan menentukan yang ditentukan merupakan dipilih
sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Misalnya kategori tinggi di Indonesia
belum tentu kategori tinggi di negara lain seperti pemain basket Amerika. Maka dalam
menjalani hidup ini khususnya pemimpin haruslah berhati-hati tidak boleh
semena-mena mengabstraksikan sifat orang yang dipimpin. Sehingga menjadi
seorang pemimpin yang ideal perlu mengamalkan ayat-ayat Spiritualitas
kepemimpinan yang ada.
Pertanyaan
3 dari Tri Rahma Silviani
Dalam mengolah
pikir dalam menembus ruang dan waktu tentang olah pikir yang menembus dunia. Bagaimanakan
agar dapat menembus ruang dan waktu itu dengan ikhlas?
Jawaban
Beliau Bapak Prof.Marsigit M.A
Caranya adalah sesuai dengan hukum Tuhan
dan SunnatullahNya beserta kondratnya yang dimana ikhlas juga termasuk
kodratNya. Maka definisi ikhlas menurut Beliau dimulai dari level bawah dari
Spiritual dalam filsafat merupakan keikhlasan itu menembus ruang dan waktu.
seperti ikhlasnya batu menembus ruang dan waktu, yang tidak satupun batu yang
protes dalam menjalani kehidupannya. Maka sebenar-benar keikhlasan menembus
ruang dan waktu adalah KEIKHLASAN ITU SENDIRI. Karena keihlasan merupakan salah
satu kodrat Tuhan maka jalanilah hidup ini sesuai dengan kodratnya. Ketika ada
pemaksaan kehendak itulah yang disebut tidak ikhlas dimana keadaan yang salah dalam menembus ruang dan waktu. Misalnya ruangan
menjadi gelap disebabkan ada bom merupakan contoh salah ruang dan waktu karena
merupakan kejadian yang dipaksa agar gelap.
Secara
materialnya, normatifnya, formalnya sampai kepada Spiritualnya dalam menembus
ruang dan waktu itu. Sehingga kejadian seperti hai kiamat merupakan kejadian
yang umum atau universal yang mewakili ketika bermasah mengambil tindakan
seperti meminum obat yang berlebihan.
Membangun
hidup yang sebenar-benar sesuai dengan ruang dan waktu adalah dengan melakukan
silaturahim, komunikasi, kemandirian dan hal lainnya dengan ikhlas agar dapat
menembus ruang dan waktu dengan benar.
Pertanyaan
4 dari Fitriani
Apa bedanya Para Dewa dengan Power Now?
Jawaban
Beliau Bapak Prof Marsigit, M.A
Ayam itu Dewanya Cacing
Cacing itu Dewanya Tanah
Kakak Dewanya Adeknya
Engkau Dewa dari Kendaraamu
Mentri merupakan Dewanya Dosen
Pengulu merupakan Dewa pernikahan
Maka sebenar-benar yang dimaksud oleh para
Dewa adalah subjeknya. Sehingga di dunia ini Amerika itu merupakan negara Dewa.
Sama halnya dengan Rusia dan Cina merupakan negara para DEWA karena memiliki
senjata nuklir yang dimana bisa atau mampu menghancurkan sebuah negara dengan
senjata nuklirnya. Sehingga kumpulan ilmu politik, sosio politik, dan
seterusnya jadilah istilah POWER NOW
yang dibaut oleh negara-negara dewa tersebut. Tingkatannya dapat dilihat
sebagai berikut:
Dimulai dengan peradaban harkaik yang
merupakan kehidupan manusia pada zaman batu kemudian Tribal yang merupakan masyarakat
pedalaman dilanjutkan tradisional, modern dan Power Now. Istilah modern yang
sebenarnya telah ada pada masa 1700an pada masa Rene Decrates pada masa
kontemporer. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dewanya adalah Barat Obama
sedangkan Power Now adalah kekuasaan dari negara Dewa tersebut.
Pertanyaan
5 dari Nur Afni R N
Apa bedanya Power Now dengan Super Power?
Jawaban
Beliau Bapak Marsigit M.A
Power Now itu digambarkan denga orang yang
super maka tidak cukup kalau wajahnya cuma satu. Sehingga yang dilakukan oleh
super power dalam perwayangan yaitu Prabu Arwana dengan banyak muka sehingga
dikatakan Dasa Muka. Dasa muka meunjukkan hidup yang standar ganda. Jika mukanya
satu maka standarnya satu kalau mukanya 10 maka standarnya 10 untuk
memanipulasi ruang dan waktu. jangankan mukanya 10, orang yang mukanya 1 saja
bisa punya banyak standar. Oleh karena itu, di daerah bergaul dengan
negara-negara Super Power dan sebagainya
selalu menerapkan standar ganda.
Standar ganda merupakan dua sisi yang
berlainan seperti disisi lain ingin membantu namun di sisi lain ingin mengambil
keuntungan. Sehingga sebenarnya menggambarkan standar ganda dengan menggunakan
kata ganda pun tidak cukup sehingga diganti Multi Standar. Di dalam dunia
perwayangan, Dunia jahat dikalahkan oleh kebaikan diibaratkan dengan Prabu
Wijaya yang dibantu oleh Hanoman. Sehingga dalam kehidupan sehari-hari pun kita
tidk boleh hanya berperan satu atau dua saja dalam hidup ini. Misanya mulfaset
mimik wajah yeng bisa sedih dan gembira, cemberut, sendara dan sebagainya.
Pertanyaan
6 dari Retno Kusuma Dewi
Bagaimanakah filsafat
memandang perbedaan agama?
Jawaban
Beliau Prof Marsigit M.A
Perbedaan agama merupakan suatu hal yang
berdimensi dan berlevel. Sesuai dengan tingkatannya yaitu Material, Formal,
Normatif dan Spiritual. Masing-masing mempunyai dimensi dan level yang sesuai
dengan ruang dan waktu. Seperti halnya ibadah, seorang muslim tidak dapat mengajak
seseorang yang beragama lain untuk mengikuti ibadah ke masjid, begitu juga
sebaliknya. Ibadah jika diturunkan akan menjadi Ilmu-ilmu bidang seperti politik,
tata negara. Dalam falsafah Pancasila terdapat monodualisme yaitu HABLUMMINALLAH
yang merupakan hubungan antara makhluk denga makhluknya dan HABLUMMINANNAS meupakan
hubungan dengan sesama manusia. Sehingga dalam Pancasila relevan mencerminkan
bangsa Indonesia yaitu toleran yang meghargai perbedaan.
Sebenar-benar manusia di bumi ini adalah
tidak ada yang sama. Semua memiliki skope masing-masing yang membedakan antara yang satudengan yang lainya baik skope agama,
keluarga, kuliah, tugas, fungsi dan sifat-sifat yang ADA dan MUNGKIN ADA. Semua
memiliki budaya tersendiri. Budaya dapat menambah pengetahuan. Budaya yang
satu dengan budaya yang lain dapat membentuk chemistri, dapat dipikirkan, dapat
diinginkan dan dapat dilakukan. Maka kontradiksi itu hanya dipikiran saja namun tetaplah
damai dalam hati.
Filsafat adalah dirimu sendiri, maka bangunlah dirimu sendiri dengan
memperbanyak bacaan dengan bacaan yang dipilih.
Wassalamualaikum wr.wb
0 Response to "Membangun Filsafat dengan Menembus Dimensi Ruang dan Waktu"