Realisme Filsafat
Matematika
Fitriani, S.Pd
15709251067
PPs Prodi Pendidikan Matematika A 2015
Bismillahirahmanirahim
Assalamualaikum wr.wb
Salam sejahtera bagi kita semua.
Pada pertemuan ke-9 perkuliahan Perkuliahan
Filsafat Ilmu dengan dosen pengampu Prof. Dr. Marsigit, M.A. di hari Selasa tanggal 24 November 2015 pukul
11.10 s.d. 12.50 di ruang 305B Gedung lama Pascasarjana. Di awal pertemuan sama
seperti pertemuan sebelumnya Beliau memulai pertemuannya dengan berdoa bersama
menurut agama dan kepercayaan masing-masing. Kemudian dilanjutkan dengan Tes
Jawab Singkat kemudian dilanjurkan dengan penjelasan tentang salah satu
makalahlah beliau yang berjudul “Re-conceptualizing Good Practice of
Mathematics Teaching Through Lesson Study In Indonesia”. Berikut refleksinya
Hermenautika kehidupan merupakan penafsiran
kehidupan yang merupakan kolaborasi dari siklik dan linier. Siklik dalam artian
kehidupan manusia yang senantiasa berputar pada poros yang telah ditetapkan
oleh sang Pnecipta. Dimana dimana jika kita masih diberi kesempatan hidup maka
laju kehidupan ini sebenarnya siklik yang bersifat tetap misalnya hari-hari
serta waktu yang selalu berputar yang kembali serta kemabli lagi dari pagi ke
malam kembali ke pagi lagi dan seterusnya. Namun, selain siklik itu kehidupan
di dunia bersifat linier dimana terus melaju meningkat dan berubah, dimana aku
hari ini tidak bisa disamakan dengan aku yang kemarin karena berbeda dengan
ruang dan waktu. Bahkan setiap detik selalu terjadi perubahan.
Filsafat matematika bagaikan gunung es atau
Iceberg yang memiliki titik puncak lembah dan dasar semakin meruncing, semakin
merucut maka semakin tinggi pula dimensinya. Disinilah batasan dimensi batasan matematika
murni dan matematika formal. Dianalogikan sepertihalnya gunung merapi yang memuntahkan
larva ini sebagai penggambaran kakak yang sangat mudah marah kepada adiknya.
Kakak diibaratkan dimensi gunung yang berada di puncak. Dapat pula dianalogikan
seorang guru juga harus mempelajari siswa bukan malah memaksakan kehendak
kepada siswanya memahami karakter, pola pikir serta keterbtasan siswanya.
Teori ilmu pengetahuan Imanuel Kant yang
secara garis besar terbagi atas a priori dan a posteriori. A priori yang berifat
analitik serta a posteriori bersifat sintesik. A priori yang didasarkan kepada
sperencanaan, khayalan dan sebagainya sedangkan a posteriori merupakan pengetahuan berdasarkan
pengalaman. Dari kedua pola pikir di atas maka jadilah pola pikir dintetik a
posteriori.
Fenomenology Husserl menafsirkan fenomena
matematika di dunia yang kemudian di amati serta di pelajari secara intensif
sehingga tersimpanlah dalam memori penyimpanan epoche. Segala fenomena yang
tertangkap oleh indra akan tersimpan pada epoche tersebut namun selanjutnya apa
menjadi pusat perhatian serta olah pikir maka disinilah disesuaikan dengan
kebutuhan apa yang dipikirkan.
Matematika idealisme hanya ada dalam
pikiran namun pada realitanya matematika berbeda di luar pikiran manusia
yang
dimana memiliki berbagai macam bentuk dan gambaran yang telah
terkontaminasi
ruang dan waktu sesuai dengan alur pola pikir masing-masing individu.
Maka di dunia ini tidak ada yang ideal sudut lancip pun yang jika
diterawang lebih dalam dalam mikrospok tetaplah tidak lancip masih ada
atom-atom yang mengurangi kelancipannya. Marilah kita menerima kenyataan
serta memahaminya dengan sudut pandang filsafat.
Wassalamualaikum wr.wb
0 Response to "Realisme Filsafat Matematika"