Latest News

MAKALAH REFLEKSIKU BELAJAR FILSAFAT



MAKALAH
REFLEKSIKU BELAJAR FILSAFAT
MATA KULIAH FILSAFAT ILMU
Dosen Pengampu Prof. Dr. Marsigit, M.A


 





DISUSUN OLEH :
FITRIANI
15709251067
PENDIDIKAN MATEMATIKA KELAS A


PENDIDIKAN MATEMATIKA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2016





REFLEKSI PERKULIAHAN FILSAFAT
Sebuah Pengalaman Perkuliahan Filsafat Ilmu Diampu Prof. Dr. Marsigit, M.A
Oleh Fitriani
Blog: batukehidupan.blogspot.com

A.  PENDAHULUAN
Tulisan ini berisikan pengalaman selama perkuliahan Filsafat Ilmu yang diampu oleh Prof. Dr. Marsigit, M.A sebagai refleksi dari perkuliahan selama satu semester yang diampu Beliau. Perkuliahan yang dilaksankan dengan tujuan menumbuhkembangkan olah pikir mahasiswa dengan teknik dan metode tersendiri dari Beliau. Perkuliahan yang diampu Beliau dilaksanakan dengan cara tatap muka dan non tatap muka dimana filsafat dipelajari kapan saja dan dimana saja. Perkuliahan tatap muka yang selalu diawali dengan berdoa sesuai dengan ajaran dan kepercayaan masing-masing yang kemudian dilanjutkan dengan merekam penjelasan Beliau terkait dengan filsafat kehidupan. Filsafat kehidupan, saya menyebutnya demikian karena Beliau menurut saya bukan hanya mengajarkan teori Filsafat Ilmu namun kita dibina serta dibangunkan potensi olah pikirnya dengan memaknai setiap fenomena-fenomena yang terjadi dalam kehidupan yang kemudian dikaji secara ekstensive dan intensive dalam perkuliahan filsafat. Pada setiap perkuliahan filsafat, selalu saja saya dibuat penasaran tentang pembahasan yang akan dijelaskan oleh Beliau disetiap pertemuan. Perkuliahan selama satu semester tidak terjadi secara monoton namun unik, menarik serta menyenangkan. Dimana setiap pertemuan yang direkam kemudian di refleksikan dalam blog masing-masing.
Refleksi perkuliahan yang bebas, terbuka, ekstensive dan intensive dengan topik dan judul bergantung pada Hypothetical analyses individu yang berkaitan. Rekaman yang berdurasi sekitar 1 jam 30 menit dimana kita mesti mendengarkan berulang-ulang sampai menemukan topik terselubung dari rekaman tersebut sebagai bahan refleksi. Direfleksikan sebagai olah pikir atas apa yang didengarkan kemudian dimaknai dengan bahasa tulisan. Namun sehebat-hebat tulisanku tidak akan mampu mengungkapkan segala maksud dari rekaman tersebut. Disinilah proses belajar terjemah dan menterjemahkan, makna memaknai filsafat itu dengan mengembangkan olah pikir. Perkuliahan terkadang diselingi dengan Tes Jawab Singkat
Tes Jawab Singkat dimana soal dan jawabannya sangat-sangat tidak diduga. Sungguh disini kita sebagai pelajar disadarkan oleh Beliau dengan pertanyaaan Tes Jawab Sigkat bahwa pengetahuan kita belum ada apa-apanya, masih sedikit dan masih perlu belajar dan belajar lagi serta secara tidak langsung mendidik kita agar senantiasa tidak menyombongkan diri atas ilmu yang telah diketahui, atas gelar yang sedang diampu serta atas jabatan yang telah di emban. Bagaimanapun pasti ada-ada saja ilmu yang belum kita ketahui. Tujuan dari Tes Jawab Singkat telah berkali-kali Beliau mengutarakan bahwa bukan hanya sekedar mengukur kemampuan filsafat namun lebih dari itu sebagai cara Belaiu mengADAkan yang mungkin ADA sehingga di dalam olah pikir kita menjadi ADA atas pengetahuan yang belum ADA tersebut.
Selain Tes Jawab Singkat di beberapa pertemuan, perkuliahan pula dilaksanan non tatap muka dengan membaca blog Beliau di situs powermathematics.blogspot.com. Membaca kemudian memberikan komentar atas tulisan-tulisan Beliau di blog tersebut. Sungguh tulisan Beliau membuat saya terkagum, dimana di setiap artikelnya membahas tentang filsafat namun dengan bahasa elegi-elegi. Di awal mula membaca elegi-elegi Beliau saya pun kebingungan dengan yang dimaksud elegi itu apa. Serta dilanjutkan dengan postingan Beliau yang menetapkan frekuensi banyaknya komen untuk kriteria nilai tertentu. Diawal-awal pula komen tersebut terasa berat bagi saya dimana tugas yang lain menumpuk, dimana membaca serta berkomen di blog Beliau mengambil waktu serta pemikiran dan penghayatan mendalam untuk memahami maksud terselubung dari sertiap postingannya. Sehingga pada akhirnya sampailah saya pada  postingan “ELEGI MEMAHAMI ELEGI” dimana dalam tulisan tersebut dipaparkan bahwa betapa tujuan dari setiap postingan dan komen tersebut agar pola pikir kita meningkat dengan senantiasa ikhlas, ikhlas dalam memberikan komentar bukan hanya sekedar untuk mencapai kuota komen. Dikatakan pula “hidup adalah pilihan” pilihan dimana bergantung kepada pribadi masing-masing tentang aturan Beliau tetapkan. Dengan mengambil hikmah dari tulisan-tulisan Beliau lambat-laun menjadi sebuah kebiasaan bagi diriku dimana temanku menganalogikan “sehari tanpa komen bagai sayur tanpa garam” hehehhe...
Sungguh dengan keikhlasan di setiap apa yang  dikerjakan menjadikan pekerjaan tersebut menjadi ringan dan mengalir bagai analogi yang dipaparkan temanku. Dengan komen dan refleksi-refleksi di setiap pertemuan olah pikir kita menjadi terasah menggali potensi intuisi dalam diri. Dalam komen pun mengajarkan konsisten, rajin, telaten dengan tabungan komen-komen setiap harinya sedikit demi sedikit untuk mencapai target komen namun tidak mengesampingkan maksud dari komen tersebut yaitu mendidik untuk senantiasa tekun dan sabar dalam sebuah proses.

B.  REFLEKSI FILSAFAT
1.      Olah Pikir Filsafat
Filsafat adalah olah pikir manusia yang memikirkan segala yang ADA dan yang MUNGKIN ADA. Segala yang ada dan yang mungkin ada merupakan WADAH filsafat dalam memikirkan ISI. Filsafat memiliki batasan atau koridor tertentu. Koridor paling tinggi sekaligus membawai dan mendasari filsafat ilmu yaitu koridor spiritual. Koridor yang dimaksud yaitu spiritualitasnya masing-masing individu sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing individu. Jadi untuk mempelajari filsafat ilmu maka tetapkanlah, kokohkanlah, tegakkanlah  terlebih dahulu spiritualitas masing-masing individu yang bersangkutan tanpa terkecuali. Agama apapun yang menjadi keyakinan yang dianut baik itu berupa Islam, Kristen, Hindu, Budha dan lain sebagainya harus memperkokoh keyakinan agamanya. Hal ini merupakan pondasi yang paling utama dan yang paling pertama, sebab dari segala sebab Kausa Prima Tuhan sang pencipta alam semesta.
Mengolah pikir filsafat ada batas dimana pikiran berhenti dalam mengolah pikir. Sehebat-hebatnya manusia, setinggi-tinggi ilmu yang didalaminya, secanggih-canggih teknologi yang diciptakan kemudian digunakannya tetaplah ada batas yang tidak bisa dilampaui yaitu hakikat Ketuhanan. Semakin dalamnya olah pikir dalam pikiran otak manusia dalam mencari hakikat Ketuhanan yang sebenarnya walau sampai ujung dunia tidak akan menemukan jawaban yang konkrit dan nyata. Oleh sebab itu diciptakanlah hati nurani untuk meyakini hakikat Tuhan Pencipta Alam Semesta dengan mensilogiskan pikiran atas ciptaanNya yang berlimpah maka itulah perpaduan yang sempurna dalam olah pikir manusia.
Olah pikir manusia dibagi atas a priori dan a posteriori. A priori yang merupakan kemampuan memikirkan sesuatu walaupun objeknya sedangkan a posteriori merupakan pemikiran setelah objeknya terlihat. Gambaran a priori seprti batu magma yang ada di dalam pusat bumi dimana batu tersebut ada dan diyakini dalam pikiran walaupun batu tersebut belum pernah terlihat sedangkan a posteriori seperti batu sandung dimana tersandung dulu kemudian dipikirkan bahwa inilah batu sandung. Proses berpikir demikianlah yang digunakan dalam mengolah tesis dan antitesis filsafat.
2.    Objek Filsafat
Filsafat merupakan olah pikir yang memiliki objek segala yang ADA dan yang MUNGKIN ADA. Alat untuk berfilsafat adalah bahasa analog. Bahasa analog sebagai alat komunikasi filsafat untuk terjemah dan menterjemahkan objek filsafat dan sebagai tuntutan bagaimana filsafat itu bisa dimengerti dan dipahami bahkan sampai orang awam sekalipun. Sehingga berfilsafat merupakan PENJELASANMU tentang filsafat yang dapat dipahami bahkan orang awam sekali pun. Bahkan kalau perlu tanpa menyebutkan kata “filsafat”, namun di dalamnya berisi penjelasan filsafat. Sebagai contoh dengan adanya “Elegi-elegi” dimana filsafat  dipaparkan tanpa menyebut kata “Filsafat” karena sesungguhnya kata merupakan simbol atau ikon dapat berpengaruh pada tekanan olah pikir. Tentunya penekanan olah pikir dengan menyebutkan kata filsafat dengan elegi berbeda, taraf penekanan olah pikir “filsafat” lebih berat, formal dan konsisten namun dengan kata “elegi” filsafat bagaikan air yang mengalir dipahami bahkan sampai subjeknya sendiri tidak merasakan bahwa sebenarnya ia telah memahaminya.
Objek filsafat yang ADA dan yang MUNGKIN ADA bersifat tetap dan berubah. Objek filsafat yang berubah melahirkan aliran filsafat Heraklitosianisme sedangkan objek filsafat yang tetap melahirkan aliran filsafat Permenidesianisme. Adanya aliran filsafat tetap dan berubah ini sebagai gambaran bahwa sebenar-benar hidup merupakan interaksi antara tetap dan yang berubah. Dalam hidup ini terjadi berubah dan tetap secara beriringan, sebagai contoh AKU yang tetap dari lahir sebagai manusia, kecil sebagai manusia, remaja sebagai manusia, dewasa sebagai manusia, orangtua sebagai manusia bahkan sampai mati sebagai fosil tetaplah manusia inilah konsistensi ketetapan aliran Permenidesianisme. Namun, dalam ketetapan AKU sebagai manusia terjadi perubahan, perubahan di masa kecil disebut bayi, kemudian anak-anak, remaja, siswa, mahasiswa, tante atau om, ibu atau bapak, sampai nenek atau kakek dan sebagainya inilah salah satu bukti bahwa adanya perubahan yang terjadi dalam sebuah ketetapan.
Objek filsafat yang ADA berada di luar pikiran yang bersifat Realisme atau Relatifisme sedangkan objek filsafat yang berada di dalam pikiran bersifat Idealisme atau Absolutisme. Dalam pikiran bersifat Absolut atau Ideal maka dikenal sebuah aliran filsafat Absolutisme atau Idealisme dengan tokohnya adalah PLATO sehingga aliranya disebut PLATONISME dan yang diluar pikiran bersifat  real dan relatif maka ada aliran filsafat bernama Realisme atau Relatifisme dengan tokoh bernama ARISTOTELES. Di dalam pikiran bersifat Identitas sedangkan di luar pikiran bersifat kontradiksi.
3.      Identitas dan Kontradiksi Filsafat
Identitas merupakan prinsip filsafat yang hanya ada di dalam pikiran, sebagaimana A = A hanya ada di dalam pikiran namun di luar pikiran tidak A ≠ A karena hal ini terkait dengan ruang dan waktunya filsafat. A yang pertama ditulis atau pun disebutkan diucapkan pertama di waktu yang berbeda dengan A yang kedua. Hal ini mengajarkan kita tentang konsep ruang dan waktu, perbedaan dari segi inilah membuatnya berbeda sehingga di  luar pikiran bersifat kontradiksi. Kontradiksi merupakan sunnatullah yang ada di dunia ini. Kita tidak bisa pungkiri terjadinya sebuah kontradiksi. Kontradiksi terberat adalah ketika hati dan pikiran tak sejalan. Ketika hati dan pikiran mengalami kontradiksi maka titik kembalinya adalah “spiritualisme” masing-masing. Berkontradiksilah dalam pikiran dalam memikirkan tesis dan antitesis fenomena yang terjadi sebagai olahan buah pikiran yang dapat melahirkan sintesis pengetahuan baru namun jangan pernah berkontradiksi dalam hati. Jika hati mengalami kontradiksi maka segerahlah “istigfar” kerena ini sebuah pertanda adanya syaitan dalam hati, berdoalah agar dijaga hatinya karena sebenar-benar Absolutely tanpa kontradiksi hanya Tuhan yang Maha Esa.
Ilmu dan pengetahuan itu pada dasarnya terbentuk dari kontradiksi. Pengetahun itu ada karena adanya pertarungan antara tesis dan antitesis sehingga membentuk sintesis. Pertarungan antara pengetahuan lama dengan pengetahuan baru, pendapat yang satu dengan pendapat lainnya, tokoh yang satu dengan tokoh yang lainnya dan seterusnya. Maka perbesarlah kontradiksi-kontradiksi itu sehingga menimbulkan sistesis pengetahuan baru yang berguna. Namun, sebesar-besarnya kontradiksi yang terjadi jangan sampai kontradiksi itu turun ke hati. Maka cara satu-satunya untuk menyembuhkan kontradiksi yang ada di hati yaitu kembali ke jalan Allah SWT karena hanya Allah SWT yang mampu menyembuhkannya. Sehingga jika muncul kontradsi seperti keraguan, penyesalan, kekecewaaan, ketidakpuasan dan lain-lain yaitu dengan berdoa kepada Allah SWT memohon pertolongan-Nya. Setinggi-tinggi doa adalah dengan menyebut namaNya, namun kita sebagai orang awam harus belajar lebih dalam kepada orang-orang yang lebih berpengalaman dan berilmu lebih. Salah satu tips pula untuk terhindar dari godaan syaitan yaitu dengan tidak memberikan kesempatan bagi syaitan tersebut untuk menggoda kita maka penuhilah setiap detik, menit, langkah dan aktifitas dengan berdoa kepada Alah SWT dengan menyeimbangkan Fatal dan Vitalnya kehidupan.
4.      Fatal dan Vital Kehidupan
Keseimbangan hidup yang harmoni ketika Fatal dan Vital selaras beriringan dalam hidup.
Hidup fatal adalah kehidupan orang-orang yang menyerahkan sepenuhnya kehidupannya kepada nasib dan takdirnya tanpa adanya semangat dan perjuangan sehingga hidupnya bagaikan dedaunan yang terbawa arus yang mengikuti arus serta terbawa arus kemanapun arahnya. Sedangkan hidup vital adalah kehidupan orang-orang yang hanya mengandalkan ikhtiar atau usaha saja, kehidupan orang vital ini tidak percaya akan kekuatan doa, takdir serta nasib. Pola pikir kaum vitalisme tersebut menganggap bahwa takdir itu ditentukan sendiri oleh usaha manusia seutuhnya, besarnya kesuksesan maka usahanya pun mesti besar. Maka sebenar-benaranya hidup adalah keseimbangan dinamika interaktif yang selaras antara fatal dan vital, sebesar-besarnya usaha manusia di muka bumi ini jika Allah SWT menetapkan takdirnya tidak seperti itu maka bukan itulah yang terjadi. Takdir yang telah terjadi inilah sebuah nasib sedangkan takdir yang belum terjadi itulah yang menjadi ikhtiar kita di muka bumi ini. Allah SWT telah berfirman dalam surah Ar Rad ayat 11 yang artinyaAllah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kalau bukan dia sendiri yang mengubahnya” inilah bukti betapa Adilnya sang Pencipta walaupun Allah SWT maha berkehendak tetaplah diberikan kesempatan kepada makhlukNya untuk merubah nasibnya sendiri sebelum terjadi dengan cara ikhtiar. Ikhtiar dalam hidup disesuaikan ruang dan waktu.
5.      Ruang dan waktu filsafat
Ruang dan waktu filsafat disesuaikan dengan dimensi-dimensi kehidupan. Dimana dimensi kehidupan terbagi atas material, formal, normatif , dan spiritual. Bagaikan “Batu yang menembus ruang dan waktu” dengan ikhlas. Ruang dan waktu filsafat disesuaikan dengan objek pembicaraan filsafat. Ruang sebagai wadah dalam hidup untuk beikhtiar menggapai RahmatNya sedangkan waktu adalah kesempatan yang masih diberikan dalam hidup. Dalam menembus ruang dan waktu filsafat yang terdiri dari bermilyar-milyar pangkat semilyar tak terhingga banyaknya dari segala yang ada dan yang mungkin ada di dunia ini disesuaikan dengan kondisi ruang dan waktu. Sebagaimana kesuksesan di masa lampau tentunya berbeda dengan kesuksesan di masa kontemporer masa kini. Kesuksesan masa kini diwarnai dengan berbagai macam teknologi terbaru yang kontemporer serta aplikasi-aplikasi yang dapat menembus ruang dan waktu yang tentunya berbeda dengan masa lampau dimana kesuksesan dipandang jika kebutuhan wajib kehidupan terpenuhi. Kehidupan dimana adanya berbagai fenomena yang mempengaruhinya yaitu salah satunya adalah fenomena Comte.
6.      Fenomena Comte kehidupan
Fenomena Comte kehidupan merupakan fenomena yang menggabungkan kesalahan dan kebenaran menjadi satu. Dimana kita dibingungkan antara baik buruk, hitam putih, untung rugi dan sebagainya. Sebagaimana penggambaran teknologi yang memiliki efek positif dan negatif menjadi satu. Membuat ketergantungan akan teknologi sebagai sesuatu yang tidak dapat dipungkiri di masa kontemporer saat ini sehingga menjerat kita kedalam jeratan fenomena Comte. Di satu sisi teknologi membawa dampak positif dalam kehidupan dimana dengan adanya teknologi kehidupan menjadi lebih instan namun disisi lain kecanduan teknologi membuat kita lupa akan waktu, lupa akan kewajiban, bahkan melupakan sosialisasi dengan yang lainnya. Sosialisai telah tergantikan dengan sebuah media sosial yang menyebabkan yang jauh terasa dekat sedangkan yang dekat malah di abaikan. Sehingga komunikasi tergantikan dengan aplikasi media sosial. Inilah sebenar-benar yang merupakan ancaman di masa kontemporer saat ini.
Jebakan fenomena Comte inilah sebenar-benar ancaman bagi kehidupan saat ini. Oleh sebab itu kita sebagai insan yang berpedoman pada spiritulisme masing-masing haruslah bisa memilih dan memilah mana yang sesuai dengan kebutuhan agar mampu terhindar dari jeratan fenomena Comte ini. Reduksionisme mengajarkan untuk mengabaikan sesuatu yang tidak terlalu menjadi sebuah kebutuhan dalam kehidupan sehingga dalam kehidupan yang transendentalisme yang tak terbatas ini dapat difokuskan segala aktivitas untuk mencapai tujuan utama dalam kehidupan. Tujuan kehidupan yang utama adalah menggapai wadah dan isi hidup ini yaitu sebagai Khalifah di muka bumi ini yang mampu menggapai dunia dan akhirat secara seimbang sebagaimana usaha dalam hidup ini diseimbangkan antara dunia dan akhirat karena bagaimana pun kehidupan di dunia ini bersifat sementara sebagai persiapan bekal menuju kehidupan yang kekal abadi. Sehingga diperlukan ilmu pengetahuan agar mampu memilahnya agar tidak terancam mitos.
7.      Mitos dan logos
Mitos dan logos merupakan dua hal yang berkontradiksi. Logos yang merupakan ilmu pengetahuan yang telah terbukti kebenarannya. Karena sebenar-benar ilmu pengetahuan adalah logos. Belajarlah dan selalu belajar agar logos kita bertambah. Namun, logos dapat berubah menjadi sebuh mitos. Mitos merupakan sebenar-benar ancaman dari sebuah logos. Ketika kita merasa ilmu atau logos yang kita miliki membuat kita sombong akan hal itu maka sebenar-benarnya kita telah terkena mitos kesombongan. Perlu diketahui bahwa ilmu pengetahuan yang ada di muka bumi ini sangatlah banyak bermilyar-milyar pangkat bermilayar tak terhingga banyaknya. Oleh sebab itu janganlah pernah merasa puas atas ilmu yang dimiliki, bagaimana pun tetaplah ada-ada saja yang belum kita ketahui. Setinggi-tingginya jenjang pendidikan yang telah kita gapai, banyaknya macam ilmu yang telah kita pelajari pasti ada-ada saja yang belum kita ketahui. Inilah bukti bahwa manusia memiliki keterbatasan dalam ilmunya. Oleh sebab itu, belajarlah dan selalu belajar agar kwalitas ilmu bertambah.

C.  Filsafat Matematika
Filsafat matematika bagaikan gunung es atau Iceberg yang memiliki titik puncak lembah dan dasar. Dimana dari dasar sampai kepada puncak ilmu matematika semakin meruncing, semakin merucut maka semakin tinggi pula dimensinya. Menandakan matematika memiliki tingkatan dimensi pemikiran. Dimulai dari matematika yang berorientasi pada realistik yang dapat diamati dan dapat di aplikasikan secara nyata. Seperti aritmatika, bangun-bangun ruang dan bangun datar, dan sebagainya. Matematika jenis ini merupakan matematika yang dapat dipahami oleh siswa anak-anak sekolah dasar dimana dimensi pemikirannya menerima sebuah ilmu jika dapat diamati secara nyata. Misalnya anak-anak akan mengerti operasi penjumlahan jika di analogikan dalam kehidupan sehari-hari yang sering dilakukannya.
Filsafat matematika jika dinaikkan lagi dimensinya menjadi matematika model material dimana matematika dimodelkan sebagai penggambaran atau ikon yang mewakili matematika realistik seperti bangun ruang, persegi, lingkaran dan sebagainya. Pada tingkatan matematika pada tahap ini siswa telah mampu memodelkan matematika yang telah diketahui aplikasinya dalam sebuah kertas atau dalam menyelesaian materi-materi pembelajaran matematika.
Tingkatan filsafat matematika selanjutnya adalah matematika yang telah direalisasikan dalam mentuk analogi matematika. Dimana pada dimensi ini matematika telah mencapai tahap berpikir logis, kritis, abstrak dan sebagainya. matematika jenis ini matematika yang diperuntuhkan untuk orang dewasa pada siswa menengah ke atas. Misalnya trigonometri, kalkulus, analisis real, analisis kompleks dan sebagainya.
Matematika yang memiliki tahap dimensi pemikiran inilah secara filsafat dimaknai bahwa pola pikir anak-anak tentunya berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu jika kita menjadi seorang pendidik sesuaikanlah materi matematika berdasarkan pola pikir matematika di tiap dimensi. Sehingga fenomena matematika dapat dipahami secara abnstrak yang kemudian di olah dalam olah pikir yang kemudian disimpan dalam epoche.
Matematika yang ada di dalam pikiran tentunya berbeda dengan matematika yang ada di luar pikiran. Matematika yang ada di dalam pikiran bersifat ideal sedangkan matematika di luar pikiran bersifat relatif. Sebagaimana angka yang merupakan simbolisasi matematika yang ada di dalam pikiran. Disimbolkan agar mudah dipahami perbedaannya serta mampu diajarkan kepada orang lain sebagai bentuk interkasi pembelajaran matematika.
Pembelajaran matematika di sekolah haruslah menumbuhkembangkan olah pikir serta intuisi siswa dalam mengolah fenomena matematika yang di ajarkan. Oleh sebab itu, sebagai pendidik memiliki peran penting dalam mengembangkan olah pikir siswa sehingga menjadi pendidik diperlukan keprefesionalan tersendiri dalam mengembangkan olah pikir siswanya. Jadilah pendidik yang dirindukan siswa bukan yang menekan siswa. Serta memahami konsep Falibilisme dalam sebuah pembelajaran. Konsep falibilisme yang memahami bahwa “salah it benar dalam filsafat” sehingga dengan adanya aliran ini memahami bahwa jika siswa melakukan kesalahan dalam sebuah pembelajaran hal ini BENAR dalam filsafat karena pembelajaran bisa bermakna dari sebuah kesalahan yang kemudian diambil hikmahnya dari sebuah kesalahan itu.

D.  Kesimpulanku berfilsafat
Filsafat adalah olah pikir yang memikirkan objek Filsafat yang ada dan yang mungkin ada di dalam kehidupan ini yang terdiri dai berbagai fenomena. Fenomena-fenomena yang terjadi melahirkan identitas dan kontradiksi dalam sebuah pemikiran dimana identitas terjadi di dalam pikiran sedangkan kontradiksi terjadi di luar pikiran. Kehidupan ini pula diperlukan interaksi yang sinergis dan seimbang antara fatal dan vital kehidupan yang disesuaikan ruang dan waktu dimana kita berada. Walaupun adanya fenomena Comte kehidupan yang dapat menjerat kita serta membingungkan hati dan kehidupan kita kembalikan kepada spiritualisme masing masing dengan selalu memperbanyak logos dan meminimalisir mitos-mitos yang ada dan berupaya membentengi diri dari ancaman mitos.
Matematika sebagai ilmu yang dikaji dalam filsafat berdimensi. Oleh sebab itu dalam mengajarkan matematika disesuaikan dengan tingkatan dimensi pemikiran siswa agar matematika dapat dipahami sesuai dimensinya. Mengajarkan matematika pula diperlukan pemahaman fallibilisme dimana kesalahan siswa merupakan benar dalam tinjauan filsafat sehingga kesalahan sebagai bentuk pembelajaran dalam matematika.
Kesimpulanku berfilsafat adalah memaknai hidup ini dalam konteks berusaha memahami fenomena yang ada dengan belajar dan selalu belajar. Berusaha senantiasa ikhlas dalam menjalani kehidupan karena kunci utama kebahagiaan adalah adanya keihlasan dalam hati nan jernih dengan berpedoman pada spiritualitas masing-masing individu.

0 Response to "MAKALAH REFLEKSIKU BELAJAR FILSAFAT"