Portofolio 3 : Revisi Senin, 07 Maret 2016
Dosen Pengampu : Prof. Dr. Marsigit, M.A
Mata Kuliah :
Matematika Model
Phi
Fitriani,
S.Pd
15709251067
A.
Pendahuluan struktur phi
Di
dunia ini terdiri dari milyaran pangkat semilyar tak terhingga banyaknya
struktur yang dari yang ADA dan yang MUNGKIN ADA. Dimana setiap struktur yang
satu dengan struktur yang lain memiliki hubungan keterikatan yang melahirkan
struktur yang baru, struktur yang baru berhubungan dengan struktur yang lainnya
melahirkan struktur yang baru lagi begitu seterusnya. Begitulah alur
perkebangan ilmu pengetahuan dari sebuah struktur yang berkembang dari waktu ke
waktu.
Struktur
yang tak terhingga banyaknya tentunya tidak akan mampu saya sebutkan satu
persatu karena keterbatasannya kemampuan saya sebagai manusia untuk
memikirkannya. Oleh sebab itu untuk menggali lebih dalam sebuah struktur
diperlukan telaah yang terfokus kepada suatu core atau DNA yang dikembangkan serta ditelaah lebih detail
sehingga strukturnya ditemukan lebih kompleks dan mampu dipahami.
Salah
satu core atau DNA struktur yang akan
dibahas pada portofolio kali ini adalah struktur bilangan phi yang disimbolkan
π sebagai sebuah bilangan yang sangat penting dalam perhitungan luas serta
keliling sebuah lingkaran. Sebagaimana kita ketahui dimuka bumi ini banyak
sekali lingkaran-lingkaran yang ditemui di sekitar kita. Lingkaran yang
tentunya tersusun oleh beberapa banyaknya unsur dari yang ADA dan yang MUNGKIN
ADA. Unsur ADA dalam sebuah lingkaran dimulai dari titik, garis, diameter,
jari-jari, tali busur, phi dan sebagaianya.
Lingkaran
yang kita pelajari di di sekolah merupakan REDUKSIFISME
dari alam semesta. Alam semesta yang berbentuk Bola dimana bola itu sendiri
merupakan PERMENIDESIANISME lingkaran
dari dimensi tiga ke dimensi dua. Namun, perubahan dimensi ini tidak terjadi
keseluruhan disebabkan disisi yang lain dari
perubahan dimensi itu bersifat tetap yang disebut HERACLITOS. Heraclitos bola ke lingkaran salahsatunya adalah
bilangan π (dibaca phi). Bilangan π yang tentunya sangat penting dalam
perhitungan luas dan keliling lingkaran.
Penggunaan
bilangan π tentunya bersifat RELATIFISME
bergantung pada objek yang menggunakannya. Hal ini disebabkan ketakhinggaan
nilai dari bilangan π tersebut sehingga pembulatan yang digunakan bergantung
kepada kebutuhan objek yang menggunakannya. Bilangan π yang ada di dalam
pikiran bersifat IDENTITAS walaupun
tak terhingga banyaknya.
Ketakhinggaan
nilai π jika dituangkan dalam dimensi filsafat mengajarkan kita makna dari
sebuah kehidupan. Berawal dari dimensi MATERIAL
yaitu berupa penggunaan bilangan π tersebut dalam perhitungan benda-benda
yang berbentuk lingkaran yang sering kita temui, kemudian ke tahap dimensi FORMAL pada perhitungan lingkaran dalam
penyelesaian soal matematika, kemudian ke tahap dimensi NORMATIF pada penggunaan bilangan π di teknologi komputer sampai
kepada dimensi SPIRITUAL mengajarkan
kita bahwa adanya katakhinggaan menyebabkan kita sebagai manusia harus terus
berusaha dan ada batas dimana manusi tidak mampu untuk melampauinya. Hanyalah
sang KAUSA PRIMA Tuhan Pencipta Alam
semesta yang mengetahuinya. Manusia sebagai kaum yang mensinergikan FATAL dan VITALISMEnya kehidupan hal ini sebagai WADAH untuk tesis dan anti-tesisnya
ilmu pengetahuan sehingga tercipta pengetahuan baru.
B.
Kronologis sebelum munculnya bilangan π
Pada
zaman dahulu kala menurut catatan sejarah dari tahun 2600 SM (saat Piramida
Besar dibangun) hingga tahun 575 SM (Puncak peradaban Babilonia) orang Mesir
Kuno dan Babilonia (Mesopotamia) dikenal sebagai ahli ukur bumi (geo-meter).
Pada masa tersebut pengukuran digunakan untuk batas-batas tanah kepemilikan
sebagaimana halnya zaman sekarang, tanah merupakan harta yang berharga. Pada
masa tersebut batas-batas tanah kepemilikan dilakukan dengan cara sederhana
yaitu dengan peletakan batu di setiap sudutnya. Namun, ketika hujan deras turun
batu-batu tersebut hilang ataupun berpindah terbawa arus sehingga batas
tanahnya menjadi terhapus. Akan tetapi bentuk tanah kurang lebih masih diingat
bentuknya seperti berbentuk persegi, persegi panjang dan sebagainya. Disinilah
cikal bakal ilmu ukur Geometri
tumbuh dan berkembang. Geometri digunakan untuk menghitung luas tanah
kepemilikan walaupun masih satuan berupa hasta (panjang satu tangan orang
dewasa dari sikut ke ujung jari). Dari waktu ke waktu sehingga ditemukanlah
rumus-rumus bangun-bangun datar yang beraturan seperti rumus persegi, persegi
panjang, segitiga serta penentuan sisi serta sudut sebuah bangun datar.
Sehingga
sampailah pada suatu bangun yang berbentuk lingkaran dimana mereka kebingungan
menghitung luasnya walaupun keliling lingkaran masih bias di ukur dengan
bantuan tali atau semacamnya. Namun mereka belum menemukan rumus yang tepat
untuk menentukan luas semua lingkaran. Sampai ketika ditemukannya Kitab Raja-raja Perjanjian Lama yang
berisi Rekaman Bangsa Semit dan Israel pada millennium kedua dan pertama
Sebelum Masehi (SM), terdapatnya sebuah ayat yang bercerita tentang sebuah
bangunan berbentuk lingkaran, yang lebarnya dari tepi ke tepi sama dengan 10
hasta dan kelilingnya dinyatakan kira-kira sama dengan 30 hasta. Di sini,
lingkaran ditaksir dengan segi-enam ber-aturan. Suatu taksiran yang masuk akal,
tetapi sangat kasar.
Walaupun belum ditemukannya rumus yang tepat untuk mengukur luas
lingkaran, satu hal telah diketahui bahwa luas dan keliling lingkara bergantung
kepada jari-jari atau diameternya. Semakin besar diameternya tentu akan semakin besar pula luas dan
keliling lingkaran tersebut. Sampai ditemukannya gulungan Papirus Matematika di Luxor, Mesir oleh Alexandria Hendry Rhind pada tahun 1858 tercantum rumus luas
lingkaran L = dengan R adalah jari-jari lingkaran.
Lingkaran yang
dari masa ke masa yang masih menjadi sebuah misteri dalam perhitungan luasnya
sehingga sampailah pada masa Archimedes. Archiedes yang membuktikan rumus luas
lingkaran dengan memotong-motong lingkaran lalu menyusunnya kembali sehingga
terbentuklah bangun yang menyerupai persegi panjang sebagai berikut:
Dari pemotongan
tersebut ditemukanlah rumus menghitung rumus lingkaran dengan pendekatan luas
persegi panjang, namun terjadi lengkungan di panjangnya sehingga diperlukanlah
sebuah pendekatan di lengkungan tersebut. Lengkungan inilah yang menjadi asal
muasal timbulnya bilangan π.
C.
Sejarah penemuan π
Bilangan
π (dibaca phi atau pi) adalah merupakan bilangan yang mewakili perbandingan keliling lingkaran dengan diameter
lingkaran. Jadi nilai π merupakan panjang keliling lingkaran yang
berdiameter 1 satuan. Misalkan kita mempunyai sebuah lingkaran yang berdiameter
1 meter kemudian mengukur kelilingnya dengan seutas tali, maka panjang tali
yang dibutuhkan untuk kelilingnya sebesar nilai π yaitu 3,14159… meter. Nilai π
bukanlah bilangan bulat namun bilangan desimal yang lebih dari 3 yang memiliki
angka dibelakang koma tak terhingga banyaknya. Bilangan π ini sering dibulatkan
3,14 atau
Lambang
bilangan π berasal dari huruf Yunani.
Asal mula perhitungan perhitungan bilangan π telah berusia sangat lama. Sejarah
mencatat, bangsa Babilonia sekitar
4000 SM secara tidak langsung menggunakan nilai untuk nilai π
dari Prasasti Susa. Papirus Ahmes atau Rhind (1650 SM)
telah menggunakan nilai ≈ 3,16049382…. Untuk nilai π.
Perhitungan
teoritik pertama kali berasal dari Archimedes
(287-212 SM), dengan menggunakan keliling polygon
luar dan polygon dalam suatu
lingkaran dan menemukan nilai . Lalu
pada tahun 100 M, Claudius Ptolemaeus atau Ptolemy (k.100-170) astronom dan ahli geografi dari Alexandria menghitung
busur pada sudut 1° mendapatkan nilai ≈ 3,14166 dengan menggunakan segi-360
beraruran. Pada 480 M, Tsu Chung Chih
atau Zu Chongzhi (429-500) berhasil menemukan nilai yaitu = 3,145929 dengan menggunakan segi-12288
beraturan. Sementara Aryabhata I
pada tahun 530 M menggunakan = 3,1416 untuk nilai . Al-Kasyi tahun 1430 M yang merupakan
penemu/perintis bilangan desimal menemukan nilai hingga 16 desimal dibelakang koma yaitu =
3,142831853071795865 dengan menggunakan segi-6 x beraturan. Lalu pada tahun 1596 M, Viete dengan bantuan rumus setengah
sudut mendapat mentuk deret = Ludolph
van Ceulen (1540 – 1610) pada tahun 1610 dengan cara Archimedes hingga
sebanyak sisimendapatkan nilai hingga 35 tempat desimal yang kemudian dikenal
sebagai Bilangan Ludolphian.
Pada
tahun 1621 M, Willebord Snell
(1580-1626) menemukan nilai dengan cara yang lebih cepat yaitu dengan
penggunaan geometri hinggga 35 tempat desimal. John Wiallis pada 1650 menggunakan deret bilangan = . lalu
pada tahun 1671, James Gregory
(1638-1675) menggunakan hubungan trigonometri untuk mendapatkan rumus = 1 - + - + …. Deret ini belum benar-benar membantu,
untuk menghitung hingga 4 desimal saja dibutuhkan 10.000 suku. Pada tahun 1706 John Machin (1680-1751) menemukan rumus
lain, tetapi kurang membantu. Tahun 1873, Shanks
(1812-1882) menghitung hingga 707 desimal, tetapi segera diketahui desimal ke
528 tidak benar, sehingga ia hanya berhasil menghitung 527 desimal. Lalu Comte de Buffon (1707-1788) pada tahun
1760 untuk pertama kali menggunakan peluang untuk menentukan nilai yaitu lewat P = (peluang batang L menyetuh garis bila dilontar
ke bidang yang memuat garis-garis sejajar dengan jarak sejauh a).
Pada
tahun 1761 John Lambert (1728-1777)
membuktikan bahwa bilangan merupakan bilangan Irrasional yang pertama
kali. Lalu pada tahun 1882, giliran Ferdinand
von Lindemann (1852-1939) membuktikan bahwa
transendental. Lambang sendiri pertama kali digunakan oleh William Jones (1675-1749) tahun 1706,
dan populer lewat tangan Euler.
Euler pulalah yang mengemukakan masalah apakah irasional dan apakah aljabar pada tahun 1755.
Bilangan merupakan bilangan Irrasional disebabkan
angka-angka di bielakang koma cenderung tidak beraturan dan tidak berhenti atau
pun berulang. Hal ini berbeda dengan bilangan rasional ½ dan 1/3 yang mempunyai
bentuk desimal 0,5 (yang berhenti) dan 0,333…(yang berulang).
Perhitungan
dengan komputer dimulai tahun 1949 M oleh ENIAC, komputer generasi awal, di
mana dalam tempo 70 jam berhasil menghitung hingga 2037 desimal. Dengan menggunakan
superkomputer dan pemilihan rumus
yang tepat, kini kita dapat menghitung secara
lebih cepat. Pada bulan Juni 1995, matematikawan Jepang, Yasumasa Kanada menemukan bilangan teliti hingga 3.221.220.000 tempat desimal.
Walaupun secara teoritis kita dapat menghitung dengan desimal hingga berapapun,
tetapi patut dicatat bahwa bilangan hingga 39 tempat desimal saja sudah mencukupi
untuk menghitung keliling lingkaran bola dengan jari-jari satu milyar tahun
cahaya (jarak beberapa galaksi), dengan ketelitian yang sama untuk ukuran
jari-jari atom hydrogen. Penemuan nilai terakhir tercatat sebagai berikut:
3,141592653589793238462643383279502884197169399375105820974944592307816406286208998628034825342117067082148086513282306647093844609550582231725359408128481117450284102701938521105559644622948954930381964428810975665933446128475648233786783165271201909145648566923460348610454326648213393607260249141273724587006606315588174881520920962829254091715364367892590360011330530548820466521384146951941511609433057270365759591953092186117381932611793105118548074462379962749567351885752724891227938183011949129833673362440656643086021394946395224737190702179860943702770539217176293176752384674818467669405132000568127145263560827785771342757789609173637178721468440901224953430146549585371050792279689258923542019956112129021960864034418159813629774771309960518707211349999998372978049951059731732816096318595024459455346908302642522308253344685035261931188171010003137838752886587533208381420617177669147303598253490428755468731159562863882353787593751957781857780532171226806613001927876611195909216420198938095257201065485863278865936153381827968230301952035301852968995773622599413891249721775283479131515574857242454150695950829533116861727855889075098381754637464939319255060400927701671139009848824012858361603563707660104710181942955596198946767837449448255379774726847104047534646208046684259069491293313677028989152104752162056966024058038150193511253382430035587640247496473263914199272604269922796782354781636009341721641219924586315030286182974555706749838505494588586926995690927210797509302955321165344987202755960236480665499119881834797753566369807426542527862551818417574672890977772793800…
Pada
tahun 2002, Yasumasa Kanada dan beberapa koleganya dari Universitas Tokyo,
membukukan rekor dengan 1,2411 triliun angka. Rekor ini bertahan selama tujuh
tahun. Pada tahun 2010, Shigeru Kondo (insinyur dari Jepang) dan Alexander Yee
(ahli komputer dari Amerika Serikat) berhasil menghitung nilai π hingga 5
triliun angka, dan tiga tahun kemudian mereka mencetak rekor baru dengan 12,1
triliun angka.
Sumber
Sumardyono. Sejarah
Beberapa Topik Aritmetika. Online (http://p4tkmatematika.org/file/ARTIKEL/Artikel%20Matematika/SEJARAH%20BEBERAPA%20TOPIK%20ARITMETIKA_SUMARDYONO%20VALyl.pdf). Diakses 11 Maret 2016.
Gunawan, Hendra. Gara-gara
Hantu Lingkaran. Online. (http://personal.fmipa.itb.ac.id/hgunawan/files/2013/05/Bab-6-Menguak-Misteri-Bilangan-Pi_ver3.pdf). Diakses 11 Maret 2016.
0 Response to "Matematika Model : Pi"